Jusuf Kalla Tegur Sri Mulyani: Jangan Takut-takuti Masyarakat Terhadap Resesi, Hadapi Jangan Takut
Ancaman resesi ekonomi global harus dihadapi, terlebih Indonesia adalah negara yang besar.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden Republik Indonesia Muhammad Jusuf Kalla (JK) menanggapi pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terkait ancaman resesi ekonomi ekonomi global pada 2023.
Pria yang kerap disapa JK mengaku, dia sempat menegur Menkeu Sri Mulyani melalui sambungan telepon menyoal resesi ekonomi global.
Menurut JK, pernyataan Menkeu Sri Mulyani mengundang rasa takut masyarakat Indonesia.
Untuk itu, dia menegaskan ancaman krisis global harus dihadapi, terlebih Indonesia adalah negara yang besar. Hal itu dia sampaikan dalam acara Gala Dinner 70th Kalla, di Jakarta, Jumat (28/10/2022).
Baca juga: Indonesia Bisa Terhindar dari Resesi Jika Pemerintah Bisa Jaga Permintaan Domestik Tetap Tinggi
"Saya bilang pada Sri Mulyani jangan takut-takuti orang tahun depan akan kiamat. Saya telepon jangan begitu, jangan kasih takut semua orang. Ini negeri luas tidak semuanya (krisis), kalau ada masalah, hadapi, kita jangan takut," kata Jusuf Kalla.
JK menyampaikan, rasa takut yang menyelimuti masyarakat terkait ancaman resesi ekonomi global justru bakal berdampak pada perekonomian Indonesia.
"Kalau kita selalu (menakut-nakuti) nanti kita pesimis. Kalau anda takut, akhirnya orang kaya tidak bekerja, dia simpan dolar, dia beli emas, dan ekonomi akan macet," tutur dia.
Lebih lanjut, JK menegaskan, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya. Sehingga, ia menilai Indonesia mampu menghadapi ancaman resesi ekonomi global.
"Beda kita dengan negara lain yang gak punya energi. Jadi kita harus optimis, kalau ada masalah hadapi," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperingatkan perekonomian global diprediksi akan terjun ke jurang resesi pada 2023.
Ekonomi dunia sedang meluncur ke dalam resesi karena melonjaknya harga energi, dan badai inflasi yang dipicu invasi Rusia ke Ukraina.
Menurunnya, kinerja perekonomian di sejumlah negara maju seperti China, Amerika Serikat, Jerman hingga Inggris, menjadi sinyal perlambatan ekonomi global.
"Hampir semua negara kondisi pertumbuhan kuartal II 2022 itu melemah dibandingkan pertumbuhan kuartal I 2022, dan ini sangat ekstrim. Seperti China, kemudian Amerika Serikat, Jerman, Inggris dan negara lain mengalami koreksi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Senin (3/10/2022).
Baca juga: Jokowi: Patut Disyukuri di Tengah Resesi, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Positif
Turunnya kinerja perekonomian global disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari harga komoditas yang masih volatile, perlambatan aktivitas manufaktur global, hingga pengetatan kebijakan moneter.
"Ini kemungkinan akan berlanjut di kuartal III 2022 dan sampai akhir tahun. Tren terjadinya pelemahan sudah terlihat dan akan terlihat di kuartal IV 2022, sehingga prediksi hingga tahun depan termasuk kemungkinan terjadinya resesi akan muncul," tambah Sri Mulyani.