Warga Inggris Borong Peralatan Rumah Tangga Hemat Energi Guna Atasi Tagihan Bahan Bakar yang Meroket
Penjualan air fryer di Inggris naik 286 persen pada September dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, menurut data perusahaan riset
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Warga Inggris membeli penggorengan kering (air fryer), selimut elektrik, dan slow cooker pada musim dingin ini untuk mengatasi tagihan bahan bakar mereka melonjak.
Penjualan air fryer di Inggris naik 286 persen pada September dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, menurut data perusahaan riset pasar Gfk.
Peralatan portabel biasanya menggunakan lebih sedikit energi daripada oven konvensional. Selain itu, air fryer juga lebih cepat panas.
“Lonjakan besar dalam penjualan barang-barang ini menunjukkan betapa seriusnya kenaikan harga energi telah mempengaruhi orang-orang. Orang-orang memantau penggunaan energi mereka ke tingkat yang sangat kecil,” kata pensiunan analis di Hargreaves Lansdown, Helen Morrissey, yang dikutip dari CNN.
Baca juga: Hadapi Ancaman Resesi, Pengamat Ekonomi Sarankan Startup Lakukan Sejumlah Langkah Ini
Penjualan panci masak elektrik, yang meliputi pressure cooker dan slow cooker, juga naik 79 persen di September.
Rata-rata biaya energi yang dibutuhkan slow cooker saat beroperasi selama satu jam dalam 11 pence (13 sen), sedangkan oven listrik biasa dapat menghabiskan 21 pence (24 sen), menurut data dari situs perbandingan harga Uswitch.com, yang memperkirakan biaya energi dalam suatu produk.
Asda, salah satu jaringan supermarket terbesar di Inggris, mengungkapkan penjualan air fryer melonjak 320 persen pada September, sementara penjualan slow cooker meningkat lebih dari dua kali lipat.
Warga Inggris juga bersiap menghadapi cuaca yang lebih dingin dengan membeli selimut listrik. Penjualan item tersebut naik 216 persen secara year-on-year (yoy) pada September, menurut Gfk.
"Jelas orang bersedia melakukan apa pun untuk menghindari pemanasan selama mungkin untuk mengurangi tekanan besar pada keuangan mereka," kata Morrissey.
Jutaan warga Inggris berjuang untuk memenuhi kebutuhan karena tagihan makanan dan bahan bakar mereka meroket. Bulan lalu, indeks harga konsumen melonjak kembali ke level Juli sebesar 10,1 persen, yang menjadi level tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Tagihan energi tahunan rata-rata untuk konsumen rumah tangga di Inggris naik 96 persen dari Oktober tahun lalu, mencapai 2.500 poundsterling di bulan ini.
Pada September, pemerintah Inggris turun tangan untuk membatasi tagihan gas dan listrik untuk dua tahun ke depan. Namun awal bulan ini, Menteri Keuangan baru negara itu Jeremy Hunt mengatakan pembatasan tersebut hanya berlangsung hingga April, dan hanya keluarga yang paling rentan yang akan menerima bantuan lebih lanjut.
Baca juga: Perdana Menteri Rishi Sunak Janji Bawa Inggris Keluar dari Krisis Ekonomi
Data dari Asda, yang disusun oleh Pusat Penelitian Ekonomi dan Bisnis, mengatakan bahwa keluarga di Inggris mengalami kerugian 141 poundsterling pada September.
Kenaikan tagihan gas dan listrik, yang masing-masing naik 96 persen dan 54 persen, adalah pendorong utama di balik penurunan pendapatan yang dapat dibelanjakan.