Ekspor Sepatu dan Garmen Tertekan, Wakil Menteri Ketenagakerjaan Minta Pengusaha Tidak Lakukan PHK
Akibat adanya resesi membuat penjualan ekspor sepatu turun sebanyak 50% dan 30% di garmen.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kegiatan ekspor untuk produk sepatu dan garmen mengalami penurunan seiring ketidakstabilan ekonomi global.
Hal itu disampaikan Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Afriansyah Noor, yang dapat informasi dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan beberapa perusahaan sektor garmen dan sepatu.
Pelaku industri tersebut mengaku telah mengurangi penjualan ekspornya ke beberapa negara.
“Karena resesi pabrik sepatu dan garmen ekspornya berkurang. Pengurangan penjualan ekspor sebanyak 50 persen di sepatu dan 30% di garmen,” kata Afriansyah yang dikutip dari Kontan, Senin (31/10/2022).
Baca juga: Ekonom Sebut 5 Industri yang Paling Berisiko Selama Resesi
Meski mengalami tekanan dalam kinerja ekspornya, Afriansyah mengimbau perusahaan di sektor garmen dan sepatu jangan mengurangi jumlah karyawan atau pemutusan hubungan kerja (PHK), tetapi melakukan strategi efisiensi jam kerja.
“Tetap tidak dkeluarkan tetapi jam kerja diefesiensi,” ujarnya.
Melansir catatan Kontan.co.id sebelumnya, industri garmen dibuat cemas setelah terjadinya PHK di pabrik tekstil Kahatex di Sumedang, Jawa Barat sebanyak 900 karyawan.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Jemmy Kartiwa Sastraatmaja menyatakan, fenomena PHK yang terjadi di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri tak lepas dari imbas pelemahan pasar TPT global.
Ini mengingat negara seperti Amerika Serikat dan di kawasan Eropa mengalami perlambatan ekonomi sehingga permintaan ekspor ke sana ikut mengalami penurunan yang cukup dalam.
Di dalam negeri, kinerja sektor TPT juga mulai terjadi perlambatan. Selain akibat dari belum stabilnya daya beli masyarakat, juga karena membanjirnya produk impor ke pasar domestik.
Baca juga: Mendag Zulkifli Hasan Minta Pengusaha Cari Peluang Pasar Ekspor di Tengah Ancaman Resesi Ekonomi
API sendiri memperkirakan kinerja industri TPT pada tahun 2023 akan lebih lemah dibandingkan dengan kondisi sampai kuartal keempat tahun ini.
Ancaman resesi global pun turut menghantui industri TPT di dalam negeri. “Jadi, kami harus menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan tersebut,” kata dia. (Arfyana Citra Rahayu/Kontan)