10 Negara Asia Getol Modali Dunia, Indonesia Ada?
Credit Suisse Research Institute (CSRI) mencatat bahwa sepuluh negara di Asia merupakan penyedia modal utama bagi dunia.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Credit Suisse Research Institute (CSRI) mencatat bahwa sepuluh negara di Asia merupakan penyedia modal utama bagi dunia.
Kepala Riset Sekuritas Asia Pasifik di Credit Suisse Erica Poon Werkun mengatakan, sepuluh negara tersebut berperan dengan aset internasional bersih senilai 15 triliun dolar Amerika Serikat (AS).
Ternyata dari 10 negara tersebut Indonesia menjadi salah satunya. Selain Indonesia, sembilan negara lainnya adalah Cina, India, Jepang, Filipina, Vietnam, Thailand, Korea Selatan, Malaysia, dan Taiwan.
Baca juga: Kinerja Pasar Modal Per Oktober: IHSG Menguat, Kinerja Reksa Dana Turun
Lima negara-negara tersebut adalah negara anggota ASEAN.
"Namun, mengingat bahwa rasio ketergantungan kesepuluh negara (jumlah anak-anak dan pensiunan orang tua per 100 pekerja) akan meningkat, banyak orang takut akan penurunan tabungan mereka," ujarnya dalam sesi webinar, Jumat (4/11/2022).
Kendati demikian, survei CSRI menemukan bahwa karena pensiun yang tidak mencukupi dan perawatan kesehatan publik di sebagian besar sepuluh negara itu, maka rumah tangga dapat terus menabung untuk keadaan darurat dan pensiun selama dekade mendatang.
"Selanjutnya, seiring bertambahnya usia, mereka menjadi lebih berhati-hati, di mana Jepang memiliki persentase responden terendah yang menganggap pensiun mereka cukup, meskipun Jepang memiliki aset pensiun terbesar di antara sepuluh negara itu," kata Erica.
Rasio ketergantungan yang meningkat juga berarti harga rumah riil yang lemah dengan Cina, Jepang, dan Korea Selatan paling berisiko mengurangi investasi realestate, yang berarti bakal ada pergeseran ke aset keuangan.
"Adapun sebagian besar ekonomi kesepuluh negara tersebut masih perlu meningkatkan kekayaan pensiun mereka, menyiratkan permintaan kuat berkelanjutan untuk aset yang aman," pungkasnya.