Kembangan Ekowisata dan Edukasi Mangrove, PHKT Ajak Warga Desa Kersik Peduli Permasalahan Lingkungan
Pantai Kersik ini terletak di Desa Kersik berada di Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur
Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN – PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) melakukan kontribusi nyata terhadap permasalahan lingkungan.
Seperti yang dilakukan PHKT di Desa Kersik untuk dijadikan sebagai tujuan ekowisata dan edukasi mangrove baru di wilayah Kalimantan Timur.
Pantai Kersik ini terletak di Desa Kersik berada di Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Di sini layanan yang disajikan memang masih tradisional.
Baca juga: Kemenparekraf Gelar Pelatihan Kewirausahaan Dorong Desa Wisata Mandiri
Menurut Kepala Desa Kersik Jumadi, beberapa pengembangan telah dilakukan.
Salah satunya dengan menyediakan home stay, tour guide dan membuat produk UKM yang bisa mendukung pariwisata di Desa Kersik.
"Selama ini yang menjadi pengunjung Pantai Kersik masih turis lokal seperti dari Samarinda dan Bontang," kata Jumadi. Ini karena ada banyak permasalahan yang dihadapi di desa ini.
Jumadi mengaku mereka harus berbenah terlebih dahulu sebelum menjual wilayah ini menjadi desa wisata. "Kesadaran masyarakat harus kami ubah dulu untuk lebih kreatif sehingga bisa menciptakan daya jual," terang dia.
Tak hanya masalah sosial, permasalahan lingkungan juga menjadi pangkal masalah. Namun masalah lingkungan sudah berangsur mulai diperbaiki oleh masyarakat atas bantuan dari PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT).
Bahkan Desa Kersik yang merupakan desa binaan program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) mendapatkan Penghargaan Sertifikat Progam Kampung Iklim (Proklim) Utama Tahun 2022 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Selasa, 25 Oktober. Desa ini berada di wilayah Ring 1 operasi hulu migas PHKT, khususnya Daerah Operasi Bagian Utara (DOBU).
Baca juga: Empat Desa Wisata di Bali Jalani Tahap Verifikasi CHSE dan Mitigasi Bencana
Proklim merupakan ajang penilaian berskala nasional yang diadakan oleh KLHK dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerintah, maupun perusahaan. Unsur penilaian adalah penguatan kapasitas terkait kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Desa ini telah terpilih lantaran mampu melaksanakan kegiatan pengelolaan lingkungan sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim. Salah satunya adalah dengan pengelolaan sampah, pembinaan bank sampah dan manajemen bank sampah.
Desa Kersik juga rutin melakukan penanaman mangrove dan pembangunan pegar. Dua hal ini dilakukan untuk menghindari abrasi yang telah terjadi dipinggir pantai.
"Tahun ini, kami telah menanam 1.000 mangrove seluas 0,1 ha jenis avicenia," ujar Syamsul Maarif, Ketua Kelompok Sahabat Mangrove di Desa Kersik.
Di tahun sebelumnya, Syamsul bercerita telah melakukan penanaman 8.000 mangrove jenis Rhizophora sp. di Pantai Biru Kersik dan 10.000 mangrove di Pantai Biru Kersik bagian utara dan selatan.
Guna mencegah abrasi di pantai Biru Kersik juga dilakukan pemasangan 1.000 Geobag Pegar (pemecah gelombang ambang rendah).
Baca juga: Penuhi Kriteria, Desa Carangsari Dideklarasikan Jadi Desa Wisata Ramah Berkendara
Selain menjaga kualitas pantai, wilayah dalam laut juga diperbaiki dengan membuat apartemen ikan di Pantai Biru Kersik. "Kami telah pembuatan 40 unit apartemen ikan di Pantai Biru Kersik," terang Syamsul.
Jumadi berharap ke depan Desa Kersik menjadi desa wisata akan terwujud. Dia bilang ke depan berencana membuat paket eduwisata bahari seperti menanam mangrove. Tak hanya itu, ia juga akan membuat pengembangan wisata pantai dan beberapa rencana yang lain.
Sumber: Kontan