Wujudkan Ketahanan Energi, Khofifah Apresiasi Industri Bioetanol Tebu yang Diresmikan Jokowi
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi peresmian itu sebagai bagian dari mewujudkan ketahanan energi nasional.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja meresmikan pabrik bioetanol tebu oleh PT Energi Agro Nusantara (Enero) di Desa Gempolkrep, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, kemarin.
Presiden Jokowi menjelaskan dengan peluncuran pabrik tersebut bertujuan untuk memperkuat ketahanan energi nasional dihasilkan dari pengelolaan tebu yang menghasilkan kolase dan digunakan memproduksi Bioetanol.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi peresmian itu sebagai bagian dari mewujudkan Ketahanan Energi Nasional.
Menurut Khofifah hal itu selaras dengan upaya strategis pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) dan menguatkan kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan minyak bumi.
"Pengembangan Bioetanol Tebu ini salah satu bentuk komitmen pemerintah dalam mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil dengan mengembangkan sumber-sumber energi alternatif lainnya. Untuk itu, Pemprov Jatim terus berupaya meningkatkan pemanfaatan EBT guna mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi bagi masyarakat,” kata Khofifah, dalam keterangannya, Minggu (6/11/2022).
"Hal ini juga selaras dengan komitmen Pemprov Jatim untuk mengakselerasi dan mendukung sepenuhnya program transisi energi. Yakni dengan meningkatkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan, yang bertumpu pada kekayaan potensi sumber daya EBT di Jatim," imbuhnya.
Khofifah menerangkan wilayah Jawa Timur merupakan produsen etanol terbesar di Indonesia dan memiliki beberapa perusahaan penghasil bioetanol dengan produksi yang melimpah sebsar 110.000 KL pada tahun 2020.
Salah satunya yakni PT. Energi Agro Nusantara (Enero) dengan total Produksi Bioetanol sebesar 34.874 KL pada 5 tahun terakhir.
"Di mana bahan baku utamanya dari bioetanol ini adalah tebu yang diperoleh dari Perkebunan PTPN dan Tebu Rakyat,” ujarnya.
Jawa Timur, lanjut Khofifah, juga memiliki potensi dan sumber daya yang besar dalam mendukung Program kebijakan Pemerintah mandatory Pemanfaatan Bioetanol E5 hingga E20 pada Tahun 2025.
Baca juga: Presiden Jokowi Kunker ke Jatim, Tinjau Pabrik Bioetanol dan Kebun Tebu di Mojokerto
Hal ini menurut Khofifah karena Produk Etanol (Fuel Grade) yang diproduksi PT. Enero memiliki multiplayer effect terhadap ketahanan pangan khususnya sektor pertanian tebu dan industri gula.
"Dengan peningkatan permintaan bahan baku Etanol dari molases (tetes tebu) sebagai produk samping industri gula, maka ini akan berdampak pada peningkatan penyediaan tanaman tebu yang artinya juga mengharuskan peningkatan produksi gula. Dan pasar dari bioetanol ini sangat jelas karena merupakan bahan baku campuran untuk menghasilkan Pertamax,” ucapnya.
Lebih lanjut, Khofifah berharap ketersediaan bahan baku dan sarana prasarana ini dapat terus ditingkatkan sebagai upaya pengembangan bioethanol.
"Hal ini tentunya membutuhkan dukungan stakeholder terkait untuk mengatasi ketersediaan bahan baku dan keberlanjutan suplai bahan baku bioethanol,” katanya.
Sebagai informasi, kekayaan potensi EBT di Jawa Timur tidak kurang dari 25.542 MW yang terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Gelombang Laut dan Bioenergi.