Sektor Swasta Dinilai Punya Peran Signifikan Untuk Tekan Tingkat Emisi Karbon Global
April mampu mengurangi total emisi yang dihasilkan dari energi fosil hingga mencapai 5 persen.
Penulis: Sanusi
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, NUSA DUA – Sektor swasta memiliki peran yang sangat signifikan dan berkontribusi secara strategis untuk mengurangi tingkat emisi karbon global lewat nature-based solution.
Hal tersebut disampaikan oleh Managing Director Royal Golden Eagle (RGE) Group Anderson Tanoto dalam gelaran B20 Summit, yang digelar sebagai bagian dari KTT G20 di Bali, Minggu (13/11/2022).
Berbicara dalam sesi plenary bertajuk “Creating a Sustainable Resilient Economy Through Innovation”, Anderson memaparkan upaya inovasi unit usaha RGE Group, yakni APRIL yang fokus mengoptimalisasi penggunaan sumber energi terbarukan dalam operasionalnya sebagai salah satu upaya menekan emisi.
Baca juga: Emisi Karbon Global Masih di Level Tinggi, Indonesia Masuk Daftar Penyumbang Terbesar
Saat ini, APRIL diketahui tengah membangun solar panel berkapasitas 20 MW hingga 2025 yang tujuan utamanya untuk mengurangi penggunaan energi fosil. Dengan pembangunan ini, penggunaan energi terbarukan di APRIL diharapkan dapat mencapai 90 persen sekaligus mendukung upaya bersama dalam mengurangi emisi karbon.
Anderson menambahkan saat ini tren biaya modal (capex) untuk pembangunan solar panel mengalami penurunan disaat energi fosil mengalami kenaikan harga yang signifikan. Situasi ini membuat pihaknya membuka opsi untuk meningkatkan kapasitas pembangunan solar panel, menjadi diatas 40 MW hingga 2025 nanti.
"Poinnya adalah kita dapat mengembangkan inovasi dari teknologi yang sudah ada untuk mengimplementasikan sustainability. Ambil solusi yang praktis dan sesuai dengan kondisi saat ini, dan sektor swasta seperti kita di Indonesia bisa tetap memberikan perubahan yang signifikan untuk mendukung keberlanjutan," kata Anderson dalam panel tersebut.
Dengan upaya ini, Anderson mengatakan pihaknya mampu mengurangi total emisi yang dihasilkan dari energi fosil hingga mencapai 5 persen.
Tak hanya itu, inovasi berbasis alam yang dilakukan APRIL adalah dengan meluncurkan komitmen 1 for 1 pada penyelenggaran COP 21 di Paris lalu, yakni mengkonservasi atau merestorasi 1 hektar lahan dari setiap 1 hektar lahan hutan tanaman industri (HTI) yang dikelola.
Salah satu bentuk konkret dalam komitmen ini adalah inisiasi Program Restorasi Ekosistem Riau (RER) seluas 150.000 hektar atau seluas kota London yang berlokasi di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, Provinsi Riau. Lewat program ini, RER melindungi dan menjaga ekosistem hutan rawa gambut utuh terbesar di Sumatera, termasuk keanekaragaman hayati dan potensi karbon di dalamnya.
"Sektor swasta memiliki peran yang sangat besar dalam menyediakan solusi berbasis alam untuk mendukung target pengurangan emisi karbon. Poin saya adalah untuk menciptakan inovasi, ambil teknologi dan framework yang sudah ada. Jika tidak sempurna, itu tetap lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa," ujarnya.
Seperti diketahui, APRIL merupakan produsen serat, pulp dan kertas yang terintegrasi dengan konsesi hutan tanaman industri yang dikelola secara berkelanjutan.