Raksasa Teknologi Kompak Lakukan PHK Massal, Goldman Sachs: Ini Bukan Sinyal Resesi
Ekonom Goldman menjelaskan bahwa pemecatan yang menyasar puluhan ribu karyawan di sejumlah perusahaan teknologi bukanlah tanda dari suramnya ekonomi A
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Ditengah meningkatnya aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menghantam sejumlah perusahaan teknologi global, Goldman Sachs menolak anggapan bahwa PHK tersebut merupakan sinyal resesi dari Amerika.
"PHK teknologi bukanlah tanda resesi yang akan datang," tulis kepala ekonom Goldman Sachs Jan Hatzius pada Selasa (16/11/2022).
Ekonom Goldman menjelaskan bahwa pemecatan yang menyasar puluhan ribu karyawan di sejumlah perusahaan teknologi bukanlah tanda dari suramnya ekonomi AS, melainkan sinyal akan menyusutnya popularitas industri teknologi dalam dunia kerja.
Baca juga: Badai PHK Benar-benar Terjadi, Amazon Pecat 10.000 Karyawan Pekan Ini
Sebelum mengalami kemunduran Industri teknologi global secara agregat menyumbang peran penting dalam sektor pekerjaan. Meski begitu Goldman menegaskan bahwa PHK yang terjadi di industri teknologi hanya akan menyumbang kenaikan tingkat pengangguran sebanyak 0,3 poin persentase.
Pernyataan tersebut dilontarkan lantaran lowongan pekerjaan untuk tim teknisi saat ini masih terbuka lebar, dengan demikian pekerja teknologi yang di PHK masih memiliki peluang bagus untuk menemukan pekerjaan baru di perusahaan lain. Terlebih jumlah pegawai yang terkena PHK selama periode ini masih tergolong kecil dibanding dengan masa – masa sebelumnya.
“Kami terus memperkirakan bahwa banyak pekerja yang di-PHK akan dapat menemukan pekerjaan baru dengan relatif cepat, dan bahwa pengurangan yang dibutuhkan dalam permintaan tenaga kerja agregat akan datang terutama dari lebih sedikit lowongan pekerjaan daripada pengangguran yang lebih tinggi,” kata para ekonom Goldman.
Kemerosotan pada industri teknologi mulai terjadi setelah prospek perdagangan iklan digital dihantam penurunan, alasan tersebut yang mendorong sejumlah raksasa teknologi mulai mengalami penurunan pendapatan, mengingat selama ini sektor iklan digital menyumbang pemasukan terbesar bagi bisnis teknologi global.
Imbas dari penurunan laba bersih tersebut Bloomberg mencatat setidaknya Meta dan Amazon telah memecat 21.000 karyawan, sementara Twitter memangkas 3.700 karyawan dan platform Hatzius memutus 34.000 karyawan.
Meski angka pengangguran diperkirakan naik seiring dengan aksi pemecatan yang dilakukan industri teknologi, namun hingga sejauh ini Goldman menegaskan bahwa pasar tenaga kerja AS masih terlihat kuat bahkan masuk dalam kategori aman meski berada di tengah ketidakpastian ekonomi.