Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Masih Terpuruk di Level Rp15.600, Ini Respon Bank Indonesia
Kuatnya dolar AS didorong oleh pengetatan kebijakan moneter yang agresif di AS dan penarikan modal dari berbagai negara ke Amerika.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
![Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Masih Terpuruk di Level Rp15.600, Ini Respon Bank Indonesia](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/gubernur-bank-indonesia-bi-perry-warjiyo-buku-kajian-stabilitas-keuangan.jpg)
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah dalan beberapa bulan ke belakang mengalami pelemahan, tepatnya berada di kisaran Rp15.600 per dolar Amerika Serikat (AS).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan, faktor utama lemahnya mata uang Garuda disebabkan oleh menguatnya indeks dolar AS.
Bahkan, pelemahan nilai tukar tidak hanya dialami oleh rupiah. Sejumlah mata uang negara lain juga turut terdampak dan mengalami pelemahan yang lebih parah dibandingkan rupiah.
Perry melanjutkan, kuatnya dolar AS didorong oleh pengetatan kebijakan moneter yang agresif di AS dan penarikan modal dari berbagai negara ke AS, di tengah melemahnya ekonomi dan tingginya inflasi di Eropa.
Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Kembali Melemah, Tembus ke Level Rp 15.662
Pada saat bersamaan, tingginya ketidakpastian pasar keuangan global masih terus berlanjut.
"Dolar ini sangat kuat, dan pelemahan nilai tukar dialami oleh hampir seluruh negara. Kenapa dolar sangat kuat? Karena agresifnya kenaikkan suku bunga Fed Fund Rate karena tingginya inflasi di AS baik karena faktor supply maupun permintaan yang sangat kuat," jelas Perry dalam konferensi pers secara daring dikutip Jumat (18/11/2022).
"Dampak kenaikan Fed Fund Rate mendorong dolar AS sangat strong terhadap berbagai mata uang dunia. Rupiah tidak terkecuali," sambungnya.
Ke depan, lanjut Perry, Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi.
Beberapa strategi yang dimaksud diantaranya adalah melalui intervensi di pasar valas baik melalui transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Kemudian, Bank Indonesia melanjutkan penjualan/pembelian SBN di pasar sekunder untuk memperkuat transmisi kenaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) dalam meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investor portofolio asing guna memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah.
"Komitmen Bank Indonesia memastikan untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dalam menghadapi gejolak global yang terjadi selama ini," papar Perry.
"Kami melakukan intervensi melalui DNDF dan juga penjualan SBN di pasar sekunder," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.