Harga Minyak Naik Setelah Arab Saudi Menyangkal Laporan Kenaikan Produksi OPEC+
Harga minyak mentah di pasar dunia naik pada perdagangan hari ini, Selasa (22/11/2022)
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Harga minyak mentah di pasar dunia naik pada perdagangan hari ini, Selasa (22/11/2022), setelah Arab Saudi menyangkal laporan media mengenai diskusi peningkatan pasokan minyak dengan OPEC+.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka naik 17 sen, atau 0,2 persen, menjadi 87,62 dolar AS per barel pada pukul 00:07 GMT.
Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk Januari mulai diperdagangkan hari ini, naik 7 sen atau 0,1 persen, menjadi 80,11 dolar AS per barel.
Brent dan WTI telah anjlok lebih dari 5 dolar AS per barel di sesi sebelumnya setelah Wall Street Journal (WSJ) melaporkan peningkatan hingga 500.000 barel per hari akan dipertimbangkan pada pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan 4 Desember.
Harga minyak rebound dengan cepat setelah Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman menyangkal laporan WSJ.
Dia mengatakan Arab Saudi bertahan dengan pengurangan produksi dan tidak membahas potensi peningkatan produksi minyak dengan produsen minyak OPEC lainnya, menurut keterangan kantor berita Arab Saudi SPA.
"Sudah diketahui umum bahwa OPEC+ tidak membahas keputusan apa pun sebelum pertemuan," kata sang pangeran, merujuk pada pertemuan kelompok itu pada bulan depan.
Baca juga: Harga Minyak Naik Hampir 1 Persen di Tengah Harapan Permintaan China
"Pemotongan 2 juta barel per hari oleh OPEC+ saat ini berlanjut hingga akhir 2023 dan jika perlu mengambil tindakan lebih lanjut dengan mengurangi produksi untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan, kami selalu siap untuk campur tangan," tambahnya.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) baru-baru ini memangkas target produksi, dan menteri energi Arab Saudi pada bulan ini mengatakan OPEC+ akan berhati-hati pada produksi minyak karena ketidakpastian mengenai ekonomi global.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Rebound, Terdorong Optimisme Pelonggaran Lockdown di China
Meningkatnya kasus COVID-19 di China membatasi keuntungan pasar bahan bakar saat negara tersebut memerangi wabah virus Corona secara nasional yang mendekati rekor April.