Dorong Produktivitas Masyarakat, Anak Usaha Pertamina Revitalisasi Lahan Bekas Tambang Batu Bara
Untuk merevitalisasi lahan bekas tambang batu bara di Desa Sarijaya, dikembangkan program pertanian terpadu.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, KUTAI KARTANEGARA - Untuk merevitalisasi lahan bekas tambang batu bara di Desa Sarijaya, Kecamatan Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, dikembangkan program pertanian terpadu.
PT Pertamina EP Sangasanga Field (PEP Sangasanga Field) yang tergabung dalam Zona 9 Regional Kalimantan Subholding Upstream Pertamina di lokasi tersebut menjalankan Pertanian Terpadu Sistem Inovasi Sosial Kelompok Setaria.
Baca juga: Dukung Penerapan Ekonomi Sirkular, Pamerindo Gelar Pameran Internasional Plastics-Rubber Indonesia
Program itu sendiri dilaksanakan sejak 2019. Tahun ini, program pengembangan kegiatan pertanian dilakukan dengan skema ekonomi berputar (circular economy) serta sistem inovasi sosial PEP Sangasanga Field yang mengedepankan efisiensi dan pengembangan keanekaragaman produk secara ramah lingkungan.
“Salah satu upaya yang kami lakukan dalam merespons penurunan produktivitas dan hilangnya pendapatan masyarakat yang disebabkan oleh penutupan perusahaan tambang adalah dengan merevitalisasi lahan pasca tambang batubara menjadi lahan pertanian yang efektif,” ujar Gondo melalui keterangannya, Rabu (23/11/2022).
Baca juga: Dukung Ekonomi Sirkular, Rapel Garap Pengolahan Sampah Anorganik di Bali
Ia mengatakan, sebanyak 16 petani mengelola pertanian terpadu, 114 anggota kelompok tani lainnya telah memiliki pengetahuan di bidang yang sama, serta sebanyak 677 penerima manfaat dari program revitalisasi tersebut.
“Kami juga berkolaborasi dengan kelompok masyarakat, pemerintah, organisasi masyarakat sipil dan pemangku kepentingan lainnya. Beragam kegiatan seperti pengolahan pupuk, pembangungan pembibitan, dan penyulingan minyak atsiri dilakukan dalam program ini,” kata Gondo.
Pupuk Organik
Tahun ini program terpadu tersebut mengembangkan sistem pertanian sirkularnya dengan membudidayakan unggas.
Kotoran unggas kemudian diolah sebagai campuran pupuk organik yang di produksi Kelompok Setaria. Pupuk unggas dinilai memiliki tingkat produktivitas yang relatif cepat untuk jenis sayuran yang memiliki jangka waktu panen relatif singkat seperti kangkung dan bayam.
“Upaya ini juga dilakukan dengan tujuan mendukung program Kementerian Pertanian untuk menggunakan pupuk organik sebagai nutrisi bagi pertumbuhan tanaman,” kata Gondo.
Perkebunan Telang
Kelompok Setaria mengembangkan perkebunan telang dan mengolah hasil dari bunga telang tersebut menjadi makanan dan juga minuman yang diberi nama “Sarijiwa”.
Bunga telang diketahui memiliki beberapa khasiat salah satunya untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Penyulingan sereh
Untuk meningkatkan kualitas dan hasil produksi dari penyulingan sereh wangi, pada 2022 dilakukan pembaruan alat penyulingan yang semula terbuat dari drum saat ini sudah berganti menjadi bahan stainless.
Pembaruan alat ini bertujuan agar hasil penyulingan sereh wangi berupa minyak atsiri dan hidrosol memiliki nilai jual yang meningkat dan dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
“Terdapat inovasi untuk pengairan rumah pembibitan yakni berupa alat sistem pemanen air hujan. Air di Kecamatan Sangasanga sebagian besar dinilai asam sehingga tidak cukup baik untuk perkembangan tumbuhan. Untuk menjaga kesuburan tanaman, penyiraman tanaman pada rumah pembibitan menggunakan air hujan,” ujar Gondo.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pertanian Sirkular di Sangasanga, dari Olah Pupuk Kotoran Unggas hingga Penyulingan Sereh"