Harga Minyak Dunia Turun Menjelang Pertemuan OPEC+
Sentimen terangkat oleh pergeseran kebijakan nol-COVID China, yang meningkatkan optimisme pemulihan permintaan minyak di negara itu.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Harga minyak dunia merosot di perdagangan Asia hari ini, Kamis (1/12/2022), karena ketidakpastian pasokan bahan bakar bertahan menjelang pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan pada 4 Desember.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 25 sen atau 0,3 persen, menjadi 86,72 dolar AS per barel pada pukul 04:30 GMT, sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 17 sen atau 0,2 persen, menjadi 80,38 dolar AS per barel.
Brent dan WTI AS naik lebih tinggi sebesar 2 dolar AS pada perdagangan Rabu (30/11/2022), di tengah melemahnya dolar AS dan optimisme atas pemulihan permintaan bahan bakar di China, importir minyak utama dunia.
Baca juga: Uni Eropa Tunda Pembicaraan Tentang Batas Harga Minyak Rusia
"Pasar tetap tidak yakin tentang keputusan OPEC, dengan beberapa mengharapkan pemotongan sementara yang lain menyarankan perpanjangan kesepakatan saat ini lebih mungkin terjadi," kata analis riset di perusahaan jasa keuangan ANZ, dalam sebuah catatan yang terbit hari ini.
Pasar bahan bakar juga bersiap menghadapi dampak sanksi Eropa terhadap minyak Rusia, tambah para analis.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan mengadakan pertemuan secara virtual pada 4 Desember.
Keputusan OPEC+ untuk mengadakan pertemuan hampir menunjukkan kemungkinan kecil dari perubahan kebijakan, kata seorang sumber kepada Reuters pada Rabu, karena kelompok tersebut menilai dampak dari kenaikan harga minyak Rusia di pasar bahan bakar.
Sementara itu, sentimen terangkat oleh pergeseran kebijakan nol-COVID China, yang meningkatkan optimisme pemulihan permintaan minyak di negara itu.
Kota Guangzhou dan Chongqing di China mengumumkan pelonggaran pembatasan COVID pada Rabu, sehari setelah para demonstran di Guangzhou selatan bentrok dengan polisi di tengah serangkaian protes terhadap pembatasan ketat virus corona.
Baca juga: Izinkan Ekspor Minyak ke Chevron, AS Tetap Terapkan Sanksi Venezuela
Sementara wabah baru di China dapat membebani aktivitas ekonomi dalam waktu dekat, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pada Rabu bahwa ada ruang "untuk kalibrasi ulang yang aman dari kebijakan COVID" yang dapat memungkinkan pertumbuhan ekonomi meningkat pada 2023.
Namun, aktivitas bisnis China semakin menyusut di November, menurut data resmi Purchasing Managers Index (PMI) yang diterbitkan pada Rabu, menimbulkan kekhawatiran mengenai perekonomian negara itu di tahun depan.
Penurunan persediaan minyak mentah AS juga membatasi penurunan harga pada perdagangan hari ini.
Persediaan minyak mentah AS turun menjadi 12,6 juta barel dalam sepekan hingga 25 November, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi analis sebelumnya untuk penurunan 2,8 juta barel, menurut data dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA).
Namun sebagai indikator permintaan, persediaan bensin dan sulingan naik lebih dari yang diperkirakan.
Produksi minyak mentah AS juga melampaui 12 juta barel per hari, menjadi tingkat tertinggi sejak sebelum dimulainya pandemi COVID-19, kata EIA.