Analis: Suramnya Saham GOTO Sudah Bisa Diprediksi Sejak IPO
Sampai penutupan pasar hari ini, Senin, 5 Desember 2022, harga saham GOTO ambles 6,82 persen ke level Rp 123.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terseret Auto Rejection Bawah (ARB) berjilid-jilid karena harga sahamnya terus merosot tajam tak terkendali.
Itu membuat saham emiten ini anteng berada di zona merah. Sampai penutupan pasar hari ini, Senin, 5 Desember 2022, harga saham GOTO ambles 6,82 persen ke level Rp 123.
Gerak menukik saham GOTO hari ini mengakumulasi penurunan 65,5 persen dalam periode enam bulan. GOTO pun berada di pucuk saham penekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) alias laggard.
Pengamat Pasar Modal sekaligus Direktur Avere Investama Teguh Hidayat melihat suramnya saham GOTO bukanlah sebuah kejutan.
Menurut Teguh, kondisi ini sejatinya sudah bisa diprediksi sejak GOTO menggelar initial public offering (IPO).
Dengan kondisi yang saat itu masih merugi hingga Rp 11,58 triliun, GOTO sudah melesat ke jajaran saham dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar.
Bahkan market cap GOTO sempat menembus Rp 455 triliun pada Juni 2022, melampaui PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
Kalau itu, GOTO menjadi saham dengan market cap ketiga terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hanya kalah dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).
"Bagaimana ceritanya perusahaan yang rugi besar, tiba-tiba selevel dengan BBCA dan BBRI? jadi sebenarnya tidak kaget kalau kondisi (saham GOTO) seperti ini, ARB berjilid-jilid," kata Teguh kepada Kontan.co.id, Senin, 5 Desember 2022.
Dengan porsi market cap jumbo, merosotnya saham GOTO menjadi beban bagi gerak IHSG. Teguh memberikan gambaran, jika menghitung level tertinggi harga GOTO di Rp 400-an, maka penurunan saat ini sudah memangkas sekitar 300 poin terhadap laju IHSG.
Baca juga: Investasi Telkomsel di GOTO Berpotensi Rugikan Negara, Komisi XI DPR Minta OJK Selidiki
Beruntung, saham-saham big caps lainnya, terutama emiten perbankan masih mampu melaju sehingga bisa menopang IHSG yang masih tertahan di area 7.000-an. Hingga penutupan pasar hari ini, IHSG anjlok 0,46 persen ke level 6.987,32.
Menimbang saham GOTO yang terus tergerus, harus kah otoritas bursa melakukan suspensi agar gerak IHSG menjadi lebih lincah?
Menjawab hal ini, Teguh menilai bahwa otoritas bursa tidak perlu melakukan intervensi.
Alasannya, tingkat penurunan paling ekstrem sudah terlewati. Merosotnya harga GOTO dari level tertinggi Rp 404 ke posisi saat ini di Rp 123 sudah memangkas 69,56% atau terjadi penurunan sebesar Rp 281.
Baca juga: Saham GOTO Kembali Terbenam, IHSG Melenggang ke 7.034
Nah, jika tetap pada mekanisme pasar dengan asumsi harga GOTO terus turun hingga ke level terendah di Rp 50, maka tingkat penurunan hanya Rp 73 saja.
Lagi pula, intervensi bursa dengan suspensi justru malah bisa menimbulkan kepanikan pasar.
"Setelah mentok, nggak akan turun lebih rendah lagi. Pengaruhnya ke IHSG jadi nggak signifikan karena penurunan paling gede sudah terlewati," terang Teguh.
GOTO bisa jadi Gocap?
Pertanyaan berikutnya, kemana arah saham GOTO? Jika terus anjlok, bisa turun sampai sejauh mana? Untuk menjawab pertanyaan ini, Teguh enggan menerka. Namun, ada skenario yang bisa dicermati.
Menurut Teguh, peluang saham GOTO terus terjun hingga ke level gocap bisa saja terjadi. Maraknya transaksi di pasar negosiasi dengan "harga obral" justru bisa menyeret saham GOTO untuk turun semakin dalam.
Baca juga: DPR Buka Kemungkinan Panggil Bos Telkom dan Telkomsel Terkait Polemik Investasi di GOTO
Sebagaimana diketahui, sejak periode penguncian atau lock up saham dibuka pada 1 Desember 2022, marak terjadi transaksi saham GOTO di pasar negosiasi. Ini juga seiring dengan program opsi saham karyawan dan konsultan (shares option program).
Transaksi penjualan sebanyak 5,7 miliar saham yang diterbitkan GOTO bahkan sempat menyentuh harga rata-rata Rp 2 per saham.
Harga yang sangat murah, jauh di bawah harga di pasar reguler, justru bisa membuat tekanan jual semakin besar.
"Beli di harga bawah, berbeda dengan investor publik yang beli di harga atas. Dengan modal itu, dijual pada harga Rp 50 sekalipun ya tetap untung," imbuh Teguh.
Pada skenario yang lain, ada peluang saham GOTO berbalik arah untuk menguat. Selain dari sisi strategi bisnis, Teguh menilai perlu upaya dari jajaran manajemen GOTO untuk meyakinkan publik bahwa kondisi dan prospek perusahaan masih baik.
Meski begitu, Teguh menyarankan pelaku pasar untuk mempertimbangkan jual, memangkas peluang rugi yang lebih dalam lagi. "Karena sejak awal pun seharusnya belum saatnya ada di bursa," tandas Teguh.
Dihubungi terpisah, Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Farras Farhan mengungkapkan saat ini saham GOTO sedang dilanda aksi jual.
"Tapi sepertinya hal ini tidak mencerminkan fundamentalnya dan hanya fear semata," kata Farras.
Namun dampak dari maraknya aksi jual ini bisa terus menerus harga saham GOTO. Menurut Farras, jika harga saham GOTO di bawah level Rp 100, maka secara valuasi akan lebih murah daripada PT Bukalapak.com Tbk (BUKA).
Jika diperlukan untuk mengendalikan gerak saham GOTO yang liar, suspensi oleh BEI bisa saja menjadi opsi. Namun, langkah ini mesti dilakukan secara hati-hati.
"Mengingat banyak sekali order jual dari investor, ini dapat menimbulkan polemik," pungkas Farras.
Laporan Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Sumber: Kontan