Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Saham GOTO Kembali Anjlok ke Level Rp115, Disebut Rugikan Negara dan Bursa Akan Bekukan?

Sejak awal perdagangan hari ini dibuka, saham GOTO langsung ARB atau turun 6,50 persen dari posisi penutupan perdagangan kemarin Rp123 per saham.

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Harga Saham GOTO Kembali Anjlok ke Level Rp115, Disebut Rugikan Negara dan Bursa Akan Bekukan?
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Karyawan melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. Sejak awal perdagangan hari ini, Selasa (6/12/2022) dibuka, saham GOTO langsung ARB atau turun 6,50 persen dari posisi penutupan perdagangan kemarin Rp123 per saham. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) berhari-hari semakin tertekan, di mana pada perdagangan hari ini kembali menyentuh level batas rendah atau auto reject bawah (ARB) ke level Rp115 per saham.

Berdasarkan data, Selasa (6/12/2022), sejak awal perdagangan hari ini dibuka, saham GOTO langsung ARB atau turun 6,50 persen dari posisi penutupan perdagangan kemarin Rp123 per saham.

Dengan penurunan saham GOTO hari ini, maka pergerakan saham teknologi tersebut telah merosot 12 hari berturut-turut sejak 21 November 2022.

Baca juga: Harga Terus Melorot Hingga Rp 123, Saham GOTO Bisa Kena Suspensi?

Diketahui, GOTO menjual harga saham saat penawaran umum perdana (IPO) di level Rp338 per saham, dan saham perusahaan ini resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada April 2022.

Rugikan Negara

Anjloknya saham GOTO dinilai berdampak kepada kerugian negara, karena terdapat BUMN yang berinvestasi di perusahaan tersebut.

Anggota Komisi XI DPR-RI, Kamrussamad menilai, investasi atau penyertaan modal PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) terhadap PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) berpotensi merugikan negara.

Berita Rekomendasi

Hal ini direspon setelah adanya sejumlah kalangan yang menilai langkah investasi itu janggal, sarat konflik kepentingan, hingga berpotensi merugikan negara.

"Investasi Telkomsel di GOTO berpotensi merugikan keuangan BUMN yaitu Telkom Indonesia sebagai holding," ucap Kamrussamad kepada Tribunnews, Senin (5/12/2022).

Kamrussamad mendorong Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk segera memeriksa emiten GOTO, untuk memastikan apakah aksi korporasi tersebut benar-benar terlibat sarat konflik kepentingan.

"OJK harus melakukan pemeriksaan terhadap emiten GOTO adanya konflik kepentingan dalam proses persetujuan Initial Public Offering," pungkasnya.

Ekonom sekaligus Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan mengungkapkan, GOTO dinilai hanyalah perusahaan yang kelihatannya besar.

"Isi (GOTO) sebenarnya hampa. Bisnisnya tergantung dari ‘bakar duit’. GOTO tidak pernah mendapat untung selama berdiri 10 hingga 12 tahun yang lalu," ucap Anthony.

Baca juga: Analis: Suramnya Saham GOTO Sudah Bisa Diprediksi Sejak IPO

"Total akumulasi rugi GOTO per 30 September 2022 sudah mencapai Rp99,3 triliun. Sekarang pasti sudah lebih dari Rp100 triliun," sambungnya.

Anthony juga mempertanyakan langkah penyertaan modal Telkomsel terhadap GOTO.

"Anehnya, Telkomsel yang merupakan bagian dari BUMN kok mau membeli saham GOTO yang jelas-jelas sedang rugi, dan kemungkinan besar tidak akan bisa memperoleh untung. Apakah ada yang paksa beli? Siapa? Perlu diusut," tegas Anthony.

"Karena, membeli saham GOTO dengan kondisi perusahaan rugi terus seperti itu, Telkomsel dengan sadar, dan sengaja, melakukan spekulasi, tepatnya gambling, dengan taruhan sebesar nilai pembelian saham Rp6,4 triliun," lanjutnya.

Berdasarkan catatan Anthony, dengan menggunakan harga Rp141 per saham, Telkomsel mengalami rugi Rp3,06 triliun dari investasi di saham GOTO.

"Memang rugi ini fluktuatif. Artinya, masih bisa membesar lagi. Karena harga saham GoTo masih sangat mungkin turun lagi. Maka itu, kerugian investasi Telkomsel ini akan menjadi kerugian negara, yang disengaja," papar Anthony.

Padahal, lanjut Anthony, di dalam prospektus GOTO sudah dijelaskan bahwa GOTO tidak bisa memperkirakan prospek bisnisnya di waktu-waktu mendatang.

GOTO dinilai sangat pesimis dapat memperoleh laba, dan sangat pesimis dapat membagikan dividen.

"Secara teori, harga saham perusahaan yang sedang rugi, dengan akumulasi rugi yang sangat besar, dengan prospek bisnis ke depan tidak pasti dan cenderung masih akan rugi, tidak mungkin akan bisa naik," ungkap Anthony.

"Kenaikan harga saham pada kondisi seperti ini patut diduga karena spekulasi atau dimanipulasi," pungkasnya.

Akan Dibekukan

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, I Gede Nyoman Yetna bilang pergerakan harga saham merupakan refleksi dari mekanisme pasar.

Dia menyebut tindakan BEI atas pergerakan harga saham suatu Perusahaan Tercatat akan ditentukan apabila terdapat indikasi ketidakwajaran dari pergerakan saham tersebut.

Baca juga: GOTO Kehilangan Hampir 70 Persen Valuasinya Sejak IPO pada April 2022

"Apabila terdapat indikasi tersebut, Bursa dapat menindaklanjuti dengan menyampaikan permintaan penjelasan bahkan melakukan suspensi (bekukan) saham," ucap Nyoman, Senin (5/12).

Sebelumnya Nyoman mengakui dampak atas penurunan saham GOTO terhadap penurunan IHSG.

Jika disimulasikan, per tanggal 28 November, bobot GOTO pada IHSG adalah 4,89 persen. Apabila saham teknologi ini turun 7 persen maka akan menggerus IHSG sebesar 0,34 persen.

Apabila GOTO turun 7% dalam 1 hari perdagangan, maka efek terhadap penurunan IHSG dalam satu hari perdagangan Bursa sebesar 4,89 persen x minus 7% = minus 0,34%.

Bukan Kejutan

Pengamat Pasar Modal sekaligus Direktur Avere Investama Teguh Hidayat melihat suramnya saham GOTO bukanlah sebuah kejutan.

Menurut Teguh, kondisi ini sejatinya sudah bisa diprediksi sejak GOTO menggelar initial public offering (IPO).

Dengan kondisi yang saat itu masih merugi hingga Rp 11,58 triliun, GOTO sudah melesat ke jajaran saham dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar.

Bahkan market cap GOTO sempat menembus Rp 455 triliun pada Juni 2022, melampaui PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).

Kalau itu, GOTO menjadi saham dengan market cap ketiga terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hanya kalah dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).

"Bagaimana ceritanya perusahaan yang rugi besar, tiba-tiba selevel dengan BBCA dan BBRI? jadi sebenarnya tidak kaget kalau kondisi (saham GOTO) seperti ini, ARB berjilid-jilid," kata Teguh kepada Kontan.co.id, Senin, 5 Desember 2022.

Dengan porsi market cap jumbo, merosotnya saham GOTO menjadi beban bagi gerak IHSG. Teguh memberikan gambaran, jika menghitung level tertinggi harga GOTO di Rp 400-an, maka penurunan saat ini sudah memangkas sekitar 300 poin terhadap laju IHSG.

Baca juga: Saham GOTO Makin Jeblok, 11 Hari Perdagangan Merosot, DPR Akan Panggil Direksi Telkom dan Telkomsel?

Beruntung, saham-saham big caps lainnya, terutama emiten perbankan masih mampu melaju sehingga bisa menopang IHSG yang masih tertahan di area 7.000-an. Hingga penutupan pasar hari ini, IHSG anjlok 0,46 persen ke level 6.987,32.

Menimbang saham GOTO yang terus tergerus, harus kah otoritas bursa melakukan suspensi agar gerak IHSG menjadi lebih lincah?

Menjawab hal ini, Teguh menilai bahwa otoritas bursa tidak perlu melakukan intervensi.

Alasannya, tingkat penurunan paling ekstrem sudah terlewati. Merosotnya harga GOTO dari level tertinggi Rp 404 ke posisi saat ini di Rp 123 sudah memangkas 69,56% atau terjadi penurunan sebesar Rp 281. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas