Mantan Menteri Perindustrian Sebut Industri Kertas Tidak Akan Terpengaruh Ancaman Resesi Global
Penggunaan tisu masih menjadi andalan masyarakat dalam sebuah acara. Hal itu serupa seperti penggunaan serbet pada zaman dahulu.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin menyebut industri kertas tidak akan terpengaruh dengan adanya ancaman resesi ekonomi global pada tahun depan.
Menurutnya, kebutuhan kertas industri untuk jenis kertas yang digunakan sebagai kebutuhan konsumsi rumah tangga masih tinggi.
"Kebutuhan kertas industri masih meningkat. Kebutuhan kertas rumah tangga dalam hal ini tisu (masih dibutuhkan). Tisu kan bermacam-macam" katanya ketika ditemui di kantor Tribunnews, Selasa (6/12/2022).
Baca juga: Kementerian Perindustrian Siapkan Solusi Jangka Pendek Hadapi Ancaman Resesi Ekonomi pada 2023
Ia menyebut penggunaan tisu masih menjadi andalan masyarakat dalam sebuah acara. Hal itu serupa seperti penggunaan serbet pada zaman dahulu.
"Apalagi kalau masuk ke kelas menengah ke atas. Tisunya beragam. Ada tisu beralkohol. Ada juga tisu basah," ujar Saleh.
Selama hampir tiga tahun ke belakang dilanda Covid-19, ia menyebut tisu mengalami peningkatan dalam hal kebutuhan.
Selain kebutuhan tisu dalam rumah tangga, kertas juga masih banyak digunakan dalam pengemasan.
Hal itu turut didorong oleh peningkatan belanja daring masyarakat. Barang-barang yang dikirim perlu dibungkus menggunakan kertas.
"Mungkin orang memang akan paperless, tapi kertas industri tidak mungkin. Pasti tetap dipakai," kata Saleh.
Mantan Menperin pada 2014-2016 itu turut mengatakan industri kertas juga mengalihkan produksinya sesuai tren pemakaian kebutuhan di masyarakat.
"Oh, pasar sedang butuh kertas industri. Ya industrinya akan mengarahkan ke kertas-kertas industri. Atau kertas tisu. Ngapain harus cetak kertas fotokopi?" Ujarnya.
Dikutip dari Kontan.co.id, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika menyampaikan, saat ini kapasitas terpasang industri pulp nasional sebesar 12,13 juta ton per tahun, sehingga menempatkan Indonesia di peringkat kedelapan dunia.
"Sedangkan, industri kertas dengan kapasitas terpasang sebesar 18,26 juta ton per tahun dan memposisikan Indonesia di peringkat keenam dunia,” kata dia dalam siaran pers di situs Kemenperin, Jumat (25/11/2022).
Saat ini terdapat 111 perusahaan industri pulp dan kertas di dalam negeri. Sektor ini menyerap tenaga kerja langsung lebih dari 161.000 orang dan tenaga kerja tidak langsung sebanyak 1,2 juta orang.
Selama 2021, kinerja ekspor industri pulp dan kertas mencatatkan nilai sebesar US$ 7,5 miliar atau berkontribusi 6,22 persen terhadap ekspor nonmigas yang juga setara menyumbang 3,84% terhadap PDB industri pengolahan nonmigas.
Putu menyebutkan, bisnis di industri pulp dan kertas saat ini masih prospektif karena permintaannya masih cukup tinggi.