Bangunan Zero Carbon Dinilai Bakal Menjadi Solusi Atasi Dampak Perubahan Iklim
Masyarakat banyak yang belum menyadari akan pentingnya perubahan akan dampak buruk terhadap kerusakan ekosistem lingkungan hidup.
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para arsitek terus menggencarkan merancang Zero Carbon pada bangunan dan menciptakan nol emisi karbon untuk mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan hidup.
CEO of Rima Ginanjar Architects, Rima Ginanjar menyatakan pentingnya berfokus di arsitektur zero carbon di era perkembangan digital saat ini.
“Negara-negara termasuk Indonesia sudah berkomitmen untuk penurunan karbon pada tahun 2030, tapi untuk mencapai zero carbon ini tidak mungkin tanpa sinergi," ujar Rima melalui keterangan tertulis, Sabtu (10/12/2022).
Baca juga: Soliditas Lulusan Arsitektur Diperlukan untuk Berbagai Proyek Pembangunan Negara
Ia mengatakan, masyarakat banyak yang belum menyadari akan pentingnya perubahan akan dampak buruk terhadap kerusakan ekosistem lingkungan hidup.
“Emisi karbon yang menyebabkan perubahan iklim ini sangat nyata dan menyebabkan banyak kerugian dari penyakit sampai bencana alam, yang tidak bisa kita hindari, tapi sayangnya banyak orang tidak melihat korelasinya," jelas Rima.
“Kita harus bersinergi dan merubah pola pikir masyarakat terhadap Zero Carbon. Termasuk lewat media, kita berinisiatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, bahwa siapapun bisa berkontribusi juga. Ini menjadi misi sosial kita, tidak mungkin tujuan Zero Carbon tercapai bila pola pikir masyarakat tidak berubah,” tambah Rima.
Rima Ginanjar Architects (RGA) menjadi perusahaan arsitek dan interior pertama di Indonesia yang berkomitmen untuk desain Zero Carbon.
Misi RGA adalah membangun desain Zero Carbon diseluruh provinsi di Indonesia dan mencapai Zero Carbon pada tahun 2045. Pada tahun 2045, Indonesia akan menginjak 100 tahun merdeka.
Untuk mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan makmur bangunan yang merupakan cerminan dari peradaban perlu menjadi bangunan yang Zero Carbon untuk menciptakan lingkungan yang produktif, sehat, dan efisien.
RGA berfokus untuk mewujudkan bangunan Zero Carbon untuk Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera.
RGA memberikan desain Low-Zero Carbon yang terukur untuk mencegah banyaknya green washing saat ini. Dengan desain Zero Carbon atau rendah emisi yang terukur, bisa membantu para pemilik bisnis dan pemerintah untuk mendapatkan desain berkelanjutan yang hemat biaya.
"Bangunan ternyata penyumbang karbon terbesar dan paling banyak menghabiskan energi dunia sebanyak 40 persen, menjadi misi saya agar di seluruh Indonesia terbangun bangunan Zero Carbon,” kata Rima.
Menurut Rima, seorang arsitek perlu memiliki kesadaran akan perubahan iklim dan pentingnya bangunan menggunakan Zero Carbon.
Zero Carbon, kata Rima, berperan besar menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan bagi lingkungan hidup.
“Tim desain harus memahami dan peduli seputar isu perubahan iklim, mereka harus mahir dalam memeriksa produsen yang tersertifikasi green, dan memastikan bahwa kontraktor menggunakan teknik untuk pembangunan rendah karbon sesuai yang ditentukan oleh tim desain,” jelas Rima Ginanjar.
Melalui efisiensi energi, Rima mengatakan banyak dana bisa terselamatkan.
Sehingga akhirnya bisa dialokasikan untuk kemanusiaan dan alam pun terlindungi,.
"Dengan arsitektur Zero Carbon yang terukur, kita menghindari green washing, agar bisa memberi dampak nyata kepada lingkungan dan orang dari semua kalangan termasuk orang kurang beruntung bisa menjadi lebih sehat, dan punya hidup yang lebih baik,” pungkas Rima.