MRT Jakarta Mulai Bangun Dinding Bawah Tanah Stasiun Kota, Perkiraan Konstruksi 173 Hari
Pembangunan dinding penahan tanah (retaining wall) atau biasa disebut Diaphragm Wall (D-Wall) Stasiun Kota MRT Jakarta telah dimulai.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembangunan dinding penahan tanah (retaining wall) atau biasa disebut Diaphragm Wall (D-Wall) Stasiun Kota MRT Jakarta telah dimulai.
D-Wall berfungsi sebagai dinding bangunan di bawah tanah, dalam hal ini dinding stasiun bawah tanah MRT Jakarta.
Rencananya, pekerjaan D-Wall akan membutuhkan waktu sekitar 173 hari. Ada sekitar 134 panel dinding yang akan dibangun hingga kedalaman 30 meter.
Baca juga: Jika Sudah Beroperasi, MRT Jakarta Fase 4 Diklaim Bisa Datangkan 97 Ribu Penumpang Per Sehari
"Satu panel memiliki panjang hingga enam meter dengan ketebalan mencapai 1,2—1,5 meter," kata Plt Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta Rendi Alhial dalam keterangannya, Kamis (15/12/2022).
Rendi menyebut pembangunan D-Wall memiliki tantangannya tersendiri, yaitu lokasi pembangunan yang berdekatan dengan area permukiman dan aktivitas warga.
Jarak penggalian dan bangunan di sekitarnya kurang dari dua meter.
"Terdapat sekitar 100 bangunan yang berada di sekitar area proyek pembangunan Stasiun Kota ini," ujar Rendi.
Ia berujar tim konstruksi MRT Jakarta dan kontraktor telah melakukan sosialisasi satu per satu kepada para penghuni, pemilik, atau pengelola bangunan tersebut.
Selain sosialisasi dan pendekatan langsung, secara teknis, tim konstruksi juga melakukan inject soil improvement dan pre-construction survey terhadap seluruh bangunan tersebut.
Hal itu dilakukan guna memastikan proses pembangunan tidak menimbulkan dampak buruk terhadap bangunan di sekitar area proyek.
"Setelah D-Wall terbangun, saat proses penggalian tanah untuk membangun stasiun, tim konstruksi juga telah menyiapkan mekanisme mitigasi pemantauan pergerakan tanah dengan metode on-site visual, yaitu memasang lampu indikator di sepanjang area bangunan di sekitar lokasi proyek," kata Rendi
Baca juga: Sejarah Jalur Rel Trem Peninggalan Belanda yang Ditemukan saat Pembangunan MRT, Tertua di Indonesia
Stasiun Kota merupakan stasiun MRT Jakarta yang memilki desain bertema gerbang Batavia.
Dengan panjang sekitar 412 meter, lebar 20,6 meter, dan kedalaman 20,1 meter, stasiun ini akan terdiri dari tiga level, yaitu dua level beranda peron (concourse), dan satu peron (platform).
"Integrasi dengan halte bus transjakarta dan Stasiun Beos (Jakarta Kota) juga akan disiapkan agar menjadi aksesibilitas dan kemudahan transit pengguna transportasi publik," ujar Rendi.
Selama pembangunan berlangsung, banyak ditemukan benda cagar budaya dan terduga cagar budaya seperti saluran air kuno Batavia (terakota) dan rel trem kuno.
Di sisi utara stasiun akan disedikan galeri yang menampilkan benda-benda temuan arkeologi.
Hal itu dilakukan sebagai bagian dari upaya pelestarian terhadap sejarah Jakarta.