Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Inflasi Rusia Semakin Agresif, Bank Sentral Memilih Pertahankan Suku Bunga di Posisi 7,5 Persen

Data dirilis kementerian ekonomi Rusia, inflasi di negara beruang merah itu telah tembus mencapai 12,65 persen.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Inflasi Rusia Semakin Agresif, Bank Sentral Memilih Pertahankan Suku Bunga di Posisi 7,5 Persen
Yuri KADOBNOV / AFP
Ilustrasi. Bank sentral Rusia mengumumkan langkah hawkish dengan mempertahankan suku bunga utamanya di level 7,5 persen pada pertemuan terakhirnya di tahun ini. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Bank sentral Rusia mengumumkan langkah hawkish dengan mempertahankan suku bunga utamanya di level 7,5 persen pada pertemuan terakhirnya di tahun ini.

Dalam rapat yang digelar pada Jumat (16/12/2022), Bank Sentral Rusia memilih untuk tak mengerek naik suku bunga acuannya di bulan Desember, setelah laju inflasi negara pimpinan Putin ini terus mengalami peningkatan.

Kebijakan ini tentu bertentangan dengan bank sentral lainnya, seperti The Fed dan bank sentral Eropa yang belakangan kompak menyerukan penurunan suku bunga.

Baca juga: Usaha Mikro di AS Terseok Dipicu Inflasi Musim Natal Kali Ini

Menurut data yang dirilis kementerian ekonomi Rusia, inflasi di negara beruang merah itu telah tembus mencapai 12,65 persen. Jumlah tersebut naik 4 persen dari proyeksi awal.

Gubernur Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina menjelaskan kontraksi ekonomi yang dialami negaranya terjadi imbas pukulan sanksi negara Barat, diantaranya seperti pembatasan harga minyak serta kegiatan ekspor impor, termasuk komponen manufaktur utama dan suku cadang.

Tekanan ini yang kemudian memicu penurunan pendapatan, krisis tenaga kerja serta penyusutan permintaan konsumen ditengah panasnya invasi dan mobilisasi ratusan ribu penduduk Rusia ke kawasan perang Ukraina, seperti yang dikutip dari Reuters.

BERITA REKOMENDASI

Sebelum mengalami kemunduran, pendapatan Rusia dari penjualan energi sempat mengalami surplus 38 persen year on year (yoy) hingga melonjak sebesar 337,5 miliar dolar AS selama 2022.

Lonjakan ini bahkan membuat Rusia sanggup mendanai pengeluaran militernya selama invasi di Ukraina, kondisi tersebut juga membuat Bank Sentral melakukan penurunan suku bunga sebanyak enam kali, tepatnya sejak Februari lalu.

Akan tetapi kondisi itu berbalik drastis pasca kelompok negara G7 yakni Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, dan Prancis, ditambah Australia dan 27 negara anggota Uni Eropa kompak memberlakukan pembatasan minyak Rusia.

Di bawah sanksi pembatasan, kini kargo minyak mentah Rusia dilarang beroperasi apabila menolak batas harga yang diusulkan sebesar 60 dolar AS Rp 936 ribu (satuan kurs Rp 15.606) per barel.

Kementerian Ekonomi setempat, memperkirakan ekonomi Rusia akan menyusut 4,4 persen di kuartal ini dan terkontraksi 2,9 persen di sepanjang 2022 akibat pembatasan sanksi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas