Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Sanksi Barat Berisiko Pangkas Ekspor Minyak Baltik Rusia Hingga 20 Persen

Ekspor minyak mentah Ural dari Pelabuhan Laut Baltik diperkirakan turun hingga 20 persen pada Desember ini akibat aturan batas harga dari oleh Barat.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Sanksi Barat Berisiko Pangkas Ekspor Minyak Baltik Rusia Hingga 20 Persen
Rostock Port
Kapal tanker pengangkut minyak mentah yang diimpor Jerman dari Amerika Serikat berlabuh di Pelabuhan Rostock, Jerman. Jerman mengimpor minyak ke AS sejak Rusia mulai membatasi ekspor energinya ke Eropa, termasuk ke Jerman yang selama ini amat menggantungkan pasokan minyak dan gas dari Rusia. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
 
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Ekspor minyak mentah Ural dari Pelabuhan Laut Baltik yang selama ini menjadi unggulan Rusia diperkirakan turun hingga 20 persen pada Desember ini akibat aturan batas harga dari oleh negara-negara Barat dan embargo Uni Eropa atas ekspor minyak Rusia yang mulai berlaku.

Para pedagang minyak mentah mengatakan, Rusia tidak dapat mengalihkan ekspor Ural dari Eropa ke pasar lain, terutama India dan China, dan telah berjuang menemukan kapal yang cocok digunakan untuk mengirim minyak.

Menurut data dan perhitungan pedagang minyak mentah yang dilakukan Reuters, ekspor Ural dari pelabuhan Laut Baltik kemungkinan akan turun menjadi sekitar 5 juta ton pada bulan ini, dari sebelumnya 6 juta ton pada November.




Uni Eropa, negara-negara Group of Seven (G7), dan Australia memperkenalkan batas harga sebesar 60 dolar AS per barel untuk minyak Rusia, yang berlaku mulai 5 Desember, di atas embargo Uni Eropa atas impor minyak mentah Rusia melalui laut dan janji serupa oleh Amerika Serikat, Kanada, Jepang dan Inggris.

Batas harga tersebut memungkinkan negara-negara non-Uni Eropa untuk mengimpor minyak mentah Rusia melalui laut, tetapi melarang perusahaan pengapalan, asuransi, dan reasuransi menangani kargo minyak mentah Rusia di seluruh dunia, kecuali minyak dijual di bawah harga 60 dolar AS per barel.

Pada bulan ini, minyak mentah Ural telah dijual dengan diskon yang lebih besar, dan pembeli yang didominasi dari India telah membeli barel jauh di bawah batas harga 60 dolar AS.

Dampak sanksi terhadap pemuatan minyak Ural dari pelabuhan Baltik Rusia telah diperburuk oleh kekurangan tonase non-barat, ekspor yang lemah, dan permintaan pasokan minyak yang dingin di Asia, terutama di China.

Baca juga: Kapal Tanker Macet di Turki Makin Bertambah, Sanksi Barat Atas Minyak Rusia Tuai Kecaman

BERITA TERKAIT

Monopoli jalur pipa Transneft, perusahaan pipa minyak terbesar di dunia, gagal mengisi beberapa slot pemuatan yang tersedia karena kurangnya tawaran dari produsen, kata para pedagang. Beberapa slot lainnya bahkan ditunda atau dibatalkan.

Aturan Batas Harga Memukul Industri Minyak

Ketika para pejabat AS pertama kali membahas gagasan pembatasan harga ekspor minyak Rusia, tujuannya adalah untuk menekan pendapatan minyak Rusia, yang sejauh ini tetap tinggi.

Untuk mencapai tujuan itu termasuk sulit dan rumit, karena mundurnya pembeli menurunkan harga minyak mentah Rusia, namun menambah volatilitas harga di pasar bahan bakar internasional karena kemungkinan adanya gangguan pasokan.

Baca juga: India Pertahankan Impor Minyak Rusia, Tolak Kebijakan Eropa soal Pembatasan Impor 60 Dolar per Barel

Rusia mengatakan tidak akan mematuhi batasan itu bahkan jika harus memangkas produksinya.

Rusia meminimalkan penggunaan layanan yang disediakan oleh perusahaan pelayaran dan asuransi negara Barat, sehingga ekspor minyak ke luar negara-negara Barat berlanjut setelah 5 Desember tanpa memperhatikan batas harga.

Namun, jumlah negara yang bersedia membeli Ural pada bulan ini turun menjadi empat negara yaitu Bulgaria, Cina, India, dan Turki. Dalam beberapa kasus, Ural telah dijual ke pasar ekspor dengan biaya produksi di bawah keseluruhan, kata sumber di industri minyak pada Desember.

Harga minyak global sekitar 40 dolar AS per barel di bawah rekor tahun ini, dan pelaku pasar Rusia semakin mendesak perlunya pengurangan produksi yang signifikan untuk mendukung harga dan meningkatkan efisiensi industri minyak.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas