Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Analis Prediksi IHSG Pekan Depan Menguat, Saham Bank Besar Bakal Mengalami Kenaikan

IHSG pekan depan berpeluang konsolidasi menguat dengan support di level 6.693 sampai level 6.600, dan resistance di level 6.854 sampai level 7.053.

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Analis Prediksi IHSG Pekan Depan Menguat, Saham Bank Besar Bakal Mengalami Kenaikan
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Karyawan melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. IHSG mengalami pelemahan sebesar 0,17 persen menjadi 6.800,67 pada pekan ini dari level 6.812,19 pada pekan sebelumnya. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan sebesar 0,17 persen menjadi 6.800,67 pada pekan ini dari level 6.812,19 pada pekan sebelumnya.

Analis pasar modal Hans Kwee mengatakan, IHSG pekan depan atau di penghujung 2022 berpeluang mengalami window dressing kecil untuk mendorong IHSG naik.

Mengutip laman Investopedia.com, window dressing merupakan strategi manajer investasi untuk meningkatkan kinerja portofolio sebelum disajikan kepada klien atau pemegang saham, di mana istilah ini melekat pada akhir tahun meski tidak menutup kemungkinan pada akhir kuartal.

Baca juga: Mayoritas Data Perdagangan Saham di BEI Turun, IHSG Minus 0,17 Persen Sepekan 

"Biasanya saham bank besar seperti BBCA, BMRI, BBRI, dan saham BUMN seperti TLKM, PGAS, SMGR berpotensi mengalami kenaikan," ujar Hans melalui risetnya kepada Tribunnews.com, Minggu (25/12/2022).

Dia memperkirakan, IHSG pekan depan berpeluang konsolidasi menguat dengan support di level 6.693 sampai level 6.600, dan resistance di level 6.854 sampai level 7.053.

"Cenderung buy on weaknesss (beli saat melemah)" kata Hans.

Berita Rekomendasi

Adapun, dia menambahkan, solidnya data Amerika Serikat (AS) mulai dari pertumbuhan ekonomi, data klaim tunjangan pengangguran, indeks kespercayaan konsumen membuat pelaku pasar khawatir.

Kekhawatiran tersebut yakni terkait Bank Sentral AS atau The Fed yang akan lebih agresif menaikan suku bunga, sehingga berpotensi mendorong ekonomi jatuh ke jurang resesi.

Sementara di dalam negeri, langkah Bank Indonesia (BI) menaikan suku bunga acuan 25 basis poin direspons positif pelaku pasar.

"Tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai menyusut, dipengaruhi aliran masuk modal asing yang terjadi di pasar SBN," pungkas Hans.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas