Kerugian Tesla Sepanjang 2022 Tembus 69 Persen, Imbas Aksi Jual Saham Elon Musk
Penurunan tajam ini lantas membuat harga saham Tesla anjlok di kisaran 109,10 dolar AS.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Nilai saham Tesla kembali mengalami penurunan tajam sebanyak 11 persen, selama penutupan perdagangan Rabu (28/12/2022).
Penurunan tajam ini lantas membuat harga saham Tesla anjlok di kisaran 109,10 dolar AS, memperpanjang kerugian Tesla selama setahun terakhir yang telah menurun 69 persen di perdagangan Wall Street.
Melansir dari Bloomberg, penurunan saham supercar ternama di AS ini terjadi imbas hilangnya kepercayaan investor setelah Elon Musk selaku CEO Tesla memberlakukan kebijakan – kebijakan kontroversial, salah satunya dengan menjual puluhan juta saham Tesla Inc.
Baca juga: Tesla Hentikan Sementara Produksi Model Y di Pabrik Shanghai
Penjualan saham aktif dilakukan Musk pasca miliarder kondang ini mengakuisisi Twitter, tepatnya pada akhir Oktober lalu.
Tercatat selama 2022 Elon Musk telah dua kali melakukan penjualan saham Tesla.
Penjualan pertama dilakukan pada bulan November, Musk mengungkapkan bahwa pihaknya telah menjual 19,5 juta saham Tesla senilai 3,95 miliar dolar AS atau Rp 66 triliun (satuan kurs Rp 15.765) setelah menyelesaikan pengambilalihan platform media sosial Twitter senilai 44 miliar dolar AS.
Sementara penjualan kedua dilakukan pada 15 Desember lalu, dengan menjual saham Tesla sebanyak 22 juta atau senilai 3,58 miliar dolar AS atau setara Rp 56,4 triliun.
Penjualan massal ini yang kemudian membuat para investor mulai kehilangan kepercayaan pada Musk. Ditengah menurunnya permintaan mobil listrik di pasar global.
Serta aksi penangguhan produksi kendaraan Model Y di pabrik Shanghai mulai dari 25 Desember 2022 hingga 1 Januari 2023. Imbas melonjaknya kasus positif Covid yang menyerang para karyawan Tesla di pabrik China.
"Sebagian besar pelemahan saham tahun ini disebabkan oleh indikator yang menunjukkan melemahnya permintaan secara global," kata Craig Irwin, analis Roth Capital Partners.
Serangkaian tekanan ini lantas membuat para investor mulai meninggalkan pasar saham Tesla, hingga pabrik kendaraan ini kehilangan posisinya sebagai 10 perusahaan dengan nilai tertinggi di Indeks S&P 500. Lantaran valuasi pasar saham pembuat kendaraan listrik itu menyusut sekitar 345 miliar dolar AS selama 2022.
Analis Wall Street memproyeksikan penurunan yang dialami Tesla akan berlanjut hingga 2023, mengingat selama November hingga awal pekan ini permintaan EV Tesla terus membukukan penurunan sebanyak 10 persen.
Lebih lanjut Wall Street memperkiraan penghasilan yang disesuaikan rata-rata untuk tahun 2023 hanya akan tumbuh 37 persen.
Merosot jauh dibanding dengan pendapatan laba di sepanjang 2022. Mengingat saat ini sudah lebih dari 720 miliar dolar AS saham yang menguap akibat tindakan kontroversial yang dilakukan Elon Musk.