Program Petani Maju 4.0 PHM Berhasil Regenerasi Petani Muda di Kalimantan Timur
Pertamina Hulu Mahakam (PHM) menginisiasi Program Petani Maju 4.0 terhadap dua kelompok tani yang berada di Kelurahan Sanipah
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) menginisiasi Program Petani Maju 4.0 terhadap dua kelompok tani yang berada di Kelurahan Sanipah dan Handil Baru Darat, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Head of Communication Relations & CID PHM Zona 8 Regional 3 Kalimantan Subholding Upstream Pertamina, Frans Alexander A Hukom mengatakan, Program Petani Maju 4.0 mengelola limbah organik dan berhasil menghasilkan inovasi pupuk cair organik (PCO) atau kerap disebut Biotasuke hingga 500 liter per bulan.
Baca juga: SKK Migas: Lifting Migas Akhir Tahun 2022 di Lapangan Senipah Kaltim Berjalan Optimal
Kata dia, program tersebut memiliki tiga keunikan yaitu kolaborasi petani tua dan muda, inovasi dekompose biotasuke dari limbah organik.
"Ada juga integrasi teknologi dan pertanian berupa penggunaan drone untuk monitoring pertanian dan mitigasi karhutla serta pengembangan aplikasi tanam digiyal untuk pemasaran produk," kata Frans kepada wartawan, Sabtu (31/12/2022).
Baca juga: TPAS Manggar Balikpapan Sulap Sampah Jadi Gas Methane
"PCO ini juga digunakan untuk pemupukan dalam proses penyemaian tumbuhan langka di greenhouse di Lapangan BSP untuk mendukung program Keanekaragaman Hayati," sambungnya.
Frans menambahkan, PHM menargetkan kelompok pemuda untuk implementasi program Petani Maju 4.0. sebab menurutnya, peran pemuda dinilai mampu meneruskan budaya bertani khususnya di wilayah Kalimantan Timur.
"Harapannya, Program Petani Maju 4.0 dapat menjadi rujukan dan wilayah percontohan agrowisata ramah lingkungan di Kutai Kartanegara," ungkapnya.
Frans memaparkan, pelaksanaan program Petani Maju 4.0 disebut telah mengurangi jumlah pengangguran, melalui pemberdayaan 33 pemuda bertani dan mendukung pelestarian lingkungan melalui pemanfaatan limbah organik.
Selain itu, Frans berujar program tersebut mampu mengurangi gas rumah kaca dari limbah perkebunan sebanyak 259,2 kg CH4 per tahun.
Sementara itu, pengurangan karbon stok biomassa mencapai 91,64 ton CO2 per tahun dan penghematan biaya irigasi sebesar Rp 1,2 juta per tahun.
"Teknologi lain yang diperkenalkan adalah pemanfaatan aplikasi Tanam Digital yang menjadi sarana pemasaran daring serta akses informasi produk pertanian dan peternakan," tegasnya.
Terakhir, Frans menambahkan, saat ini para pemuda kelompok Petani Maju 4.0 diperkenalkan penggunaan drone untuk kegiatan patroli hijau.
Hal tersebut kata dia, untuk menarik minat pembeli produk-produk hasil pertanian maupun olahan produk pertanian yang dihasilkan.
"Kini mereka mampu mengolah data untuk memantau kesuburan dan sekaligus mengidentifikasi lahan-lahan yang rawan kebakaran," tuturnya.