Aktivitas Manufaktur China Merosot di Desember 2022 Saat Kasus Covid-19 Melonjak
Aktivitas manufaktur China menurun pada Desember 2022 di tengah lonjakan kasus infeksi Covid-19 yang mengganggu produksi dan membebani permintaan.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Aktivitas manufaktur China mengalami penurunan pada Desember 2022 di tengah lonjakan kasus infeksi Covid-19 yang mengganggu produksi dan membebani permintaan.
Dikutip dari Reuters, Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Caixin/Markit turun menjadi 49,0 pada Desember 2022 dari yang sebelumnya berada di angka 49,4 pada November 2022.
Indeks telah bertahan di bawah 50 poin yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi selama lima bulan berturut-turut.
Angka tersebut merupakan yang terendah sejak September 2022, tetapi mengalahkan perkiraan analis 48,8 dalam jajak pendapat Reuters.
"Pasokan menyusut, total permintaan tetap lemah, permintaan luar negeri menyusut, pekerjaan memburuk, logistik lamban, produsen menghadapi tekanan yang meningkat pada profitabilitas mereka, dan jumlah pembelian serta inventaris tetap rendah," kata Wang Zhe, ekonom senior di Caixin Insight.
Melemahnya permintaan eksternal di tengah perlambatan pertumbuhan global terus menyeret pesanan untuk produsen berorientasi ekspor, dengan sub-indeks Caixin dari pesanan ekspor baru menyusut dengan laju tercepat sejak September 2022.
Baca juga: Aktivitas Manufaktur Korea Selatan Menyusut pada Desember 2022, Terdampak Aksi Mogok Sopir Truk
Hambatan logistik juga memperpanjang waktu pengiriman bagi pemasok selama enam bulan berturut-turut, sementara lapangan kerja di sektor manufaktur mengalami kontraksi selama sembilan bulan berturut-turut karena tingkat produksi yang rendah dan kesulitan mencari pekerja di tengah wabah virus.
Baca juga: Terdampak Lemahnya Permintaan Global, Aktivitas Manufaktur Jepang Merosot di November
Namun, sektor manufaktur masih tetap optimis dengan sub-indeks output masa depan yang melonjak ke level tertinggi sejak Februari 2022 karena dibatalkannya pembatasan Covid-19.
Terlepas dari itu, para pemimpin China telah berjanji meningkatkan penyesuaian kebijakan demi meredam dampak lonjakan infeksi Covid-19 pada bisnis dan konsumen di saat ekonomi global yang melemah merugikan aktivitas ekspor.