Ekonomi Global Diproyeksi Tumbuh 3,2 Persen di 2022, Menkeu Sebut Tahun Ini Bakal Semakin Lemah
Pengetatan kebijakan moneter yang menyebabkan semakin ketatnya likuiditas global dan semakin tingginya cost of fund.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan melambat menjadi 3,2 persen di 2022. Sebelumnya pada 2021 berada di level 6 persen.
Tak hanya sampai di situ, pelemahan tersebut diperkirakan bakal kembali berlanjut di 2023.
Dalam catatannya, terdapat 4 hal yang mempengaruhi kinerja ekonomi global.
Baca juga: Ketua OJK Sebut Investasi Jadi Penguat Ekonomi Tahun 2023
Pertama, pengetatan kebijakan moneter yang menyebabkan semakin ketatnya likuiditas global dan semakin tingginya cost of fund.
Kedua, tensi geopolitik yang masih belum reda.
Ketiga, masih terjadinya disrupsi sisi suplai dengan munculnya fragmentasi dan regionalism.
Dan keempat, sebagai salah satu perekonomian terbesar, China masih dihadapkan pada persoalan dan krisis di sektor properti.
"Ini lah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia melambat sangat signifikan. Kenaikkan dan gejolak yang terjadi menggerakkan dari sisi permintaan dan proyeksi pertumbuhan global dikoreksi ke bawah," ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Selasa (3/1/2023).
"Kita lihat pada tahun 2022 ini revisinya, proyeksi pertumbuhan global di 2022 oleh IMF diprediksi dari awalnya 4,4 persen, kemudian dikoreksi menjadi 3,6 persen, dan turun lagi menjadi 3,2 persen," sambungnya.
Sementara untuk 2023, lanjut Sri Mulyani, IMF juga memberikan sinyal kehati-hatian bahwa perekonomian akan tumbuh di angka 2,7 persen. Padahal sebelumnya sempat diprediksi 3,8 persen.
Baca juga: Ekonom: Fundamental Ekonomi Indonesia Kurang Kuat Hadapi Resesi Ekonomi
Bila dilihat lebih lanjut, pelemahan kinerja ekonomi di 2023 juga bakal dialami oleh negara-negara besar.
Seperti Amerika Serikat, China, India, bahkan negara-negara di kawasan Eropa.
"Eropa (diproyeksikan) mengalami penurunan yang sangat dramatis yaitu pada 2022 di angka 3,1 persen dan 2023 di angka 0,5 persen," papar Sri Mulyani.
"Tiongkok yang sudah melakukan pembukaan kegiatan masyarakatnya dalam hal ini pada 2022 juga sangat berat. Dari pertumbuhan 8,1 persen (pada 2021) menjadi 3,2 persen di 2022. Dan di 2023 pada level 4,4 persen," pungkasnya.