Incar Sektor Tambang dan Perkebunan, Adira Garap Pembiayaan Alat Berat
Pembiayaan segmen baru ini pihaknya menjalin kerja sama dengan distributor utama dan agen pemegang merek sejumlah alat berat di Indonesia.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Adira Finance menggarap pembiayaan alat berat termasuk truk heavy duty di Indonesia mulai tahun ini karena permintaan alat berat di sektor tambang dan perkebunan sedang meningkat tajam.
Direktur Portofolio Adira Finance Harry Latief mengatakan, di pembiayaan segmen baru ini pihaknya menjalin kerjasama dengan distributor utama dan agen pemegang merek sejumlah alat berat di Indonesia, termasuk merek alat berat dari China yang mulai mendapat tempat di pasar lokal.
"Tahun ini kita garap segmen baru pembiayaan heavy duty semua segmen untuk memperluas jangkauan bisnis kita. Kita bekerja sama dengan lima APM termasuk pemain baru dari China," ungkap Harry Latief di acara media gathering di Jakarta, Kamis (5/01/2022).
Baca juga: Kenaikan Harga Komoditas Tambang, Dongkrak Laba Bersih Emiten Penyedia Alat Berat
Harry menyebutkan, nilai bisnis pembiayaan alat berat di Indonesia cukup tinggi. Untuk pembiayaan truk kategori tiga saja atau truk medium duty, nilai pembiayaan yang disalurkan oleh Adira selama tahun 2022 mendekati Rp 1 triliun.
Dia memperkirakan, di 2024 nanti nilai pembiayaan Adira yang disalurkan ke penjualan truk kategori 3 termasuk di dalamnya, pembiayaan ke heavy equipment akan mendekati Rp 5 triliun.
"Selama ini bisnis pembiayaan kita di truk kategori tiga banyak terbantu oleh kenaikan permintaan di sektor mining. Penjualan kita saat ini di truk kategori 3 berkontribusi 65 sampai 70 persen," ungkap Harry Latief.
Penjualan sejumlah brand truk kategori 3 yang dibiayai Adira Finance adalah semua merek truk asal Jepang seperti Hino dan Fuso, serta truk merek Eropa seperti Mercedes-Benz.
Direktur Marketing Adira Finance Swandajani Gunadi menambahkan, selama 2022 total pembiayaan Adira Finance tumbuh 22 persen dari capaian tahun sebelumnya sebesar Rp 31,7 triliun.
Pembiayaan terbesar dikontribusi oleh segmen kendaraan penumpang mencapai Rp 14,2 triliun atau naik 35 persen disusul pembiayaan sepeda motor sebesar Rp 11,4 triliun dengan pertumbuhan 2,1 persen.
Sementara pembiayaan ke segmen non otomotif seperti pembiayaan multiguna berkontribusi Rp 6,1 triliun atau naik 45 persen dari capaian di tahun sebelumnya.
"Finance kita naik sekitar 25 persen dan memang didominasi kenaikannya portofolio mobil. Tapi kontribusi dari motor masih sedikit sekali dan portofolio pembiayaan ke non otomotif kita naik 45 persen.
Sementara itu, pembiayaan ke segmen kendaraan listrik baik motor maupun mobil berkontribusi hanya Rp 29,6 miliar.
Harry mengatakan pihaknya bertekad menggenjot pembiayaan kendaraan listrik ini dan pihaknya sudah bekerja sama dengan 16 merek sepeda motor dan dua merek kendaraan roda empat.
Pihaknya juga siap menyalurkan pembiayaan ke kendaraan listrik di segmen niaga ringan.
"Bekerja sama dengan parents company kami yakni Bank danamon serta MUFG, kita ingin berkontribusi lebih di ajang IIMS untuk periode long term sampai lima tahun ke depan. Begitu juga partisipasi kita di Pekan Raya Jakarta. Program yang dijalankan adalah pembiayaan dengan suku bunga murah, termasuk untuk pembiayaan Electric vehicle," ujar Harry Latief.