Inflasi Eropa Melandai Jadi 9,2 Persen, ECB Pilih Kencangkan Suku Bunga Acuan
Melandasinya laju inflasi Eropa terjadi karena didorong oleh perlambatan laju kenaikan harga energi.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSEL – Bank Sentral Eropa (ECB) bersikeras akan mengambil sikap hawkish dengan mengerek laju suku bunga di sepanjang 2023, meski laju inflasi Eropa selama Desember 2022 mengalami penyusutan sebesar 0,9 persen.
Dimana pertumbuhan inflasi zona Euro melambat menjadi 9,2 persen yoy pada Desember dari sebelumnya berada di level 10,1 persen yoy di November 2022.
Penurunan ini bahkan berada jauh dibawah perkiraan analis yang saat itu mematok inflasi Eropa sebesar 9,7 persen di akhir tahun 2022.
Baca juga: Harga Gas Eropa Anjlok ke Level Terendah Sejak Invasi Rusia ke Ukraina
Seperti yang dilansir dari CNBC International, melandasinya laju inflasi Eropa terjadi karena didorong oleh perlambatan laju kenaikan harga energi, dari 34,9 persen di bulan November menjadi 25,7 persen pada Desember 2022.
Dengan penurunan tersebut harga gas alam yang dipasarkan di Eropa turun sekitar 72,42 euro per megawatt pada perdagangan Jumat (6/1/2023). Melesat jauh dari puncaknya di bulan Agustus lalu saat gas di patok 349,90 euro per megawatt jam.
Meski telah menurun, namun menurut bank sentral Eropa angka tersebut masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan target awal inflasi yang dipatok ECB yakni sebesar 2 persen.
Alasan tersebut yang membuat Direktur Pelaksana ECB Christine Lagarde memperingatkan zona euro agar bersiap untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut pada 2023, meskipun ada harapan CPI memuncak.
“Kami menaikkan suku bunga dan kami akan menaikkannya lebih lanjut, dengan kecepatan tetap, sampai pada tingkat yang memastikan pengembalian inflasi tepat waktu ke target jangka menengah 2 persen kami,” kata Lagarde.
Rencananya suku bunga acuan zona Eropa di bulan Januari dan Februari masing – masing akan dikerek naik sebesar 50 basis poin.
Langkah tersebut diambil menyusul bank sentral AS atau The Fed yang kekeh mengambil sikap hawkish meskipun inflasi melambat selama lima bulan berturut-turut.
Dengan cara ini, laju inflasi di zona Euro diproyeksikan melandai mencapai target 2 persen pada akhir tahun 2025.