Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Analis Beberkan Penyebab Kinerja IHSG Terburuk 4 Pekan Terakhir

IHSG mengalami pelemahan sebesar minus 2,42 persen sepekan menjadi 6.684,55 dari level 6.850,61 pada pekan sebelumnya.

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Analis Beberkan Penyebab Kinerja IHSG Terburuk 4 Pekan Terakhir
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pengunjung melintas di dekat papan elektronik yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bergerak rebound atau berbalik menguat di akhir pekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 0,46 persen ke level 6.684,56 dan Indeks LQ45 naik 0,37 persen ke level 913,02.

Saham-saham di sektor material dasar dan energi menjadi kontributor penguatan mengimbangi pelemahan pada sektor keuangan dan infrastruktur.

Namun secara menyeluruh, IHSG mengalami pelemahan sebesar minus 2,42 persen sepekan menjadi 6.684,55 dari level 6.850,61 pada pekan sebelumnya.

Baca juga: Tiga Investor Kakap Akan Garap Proyek Hunian Sipil dan Hankam Senilai Rp 41 Triliun di IKN

"Selama sepekan, IHSG turun 2,42 persen dan Indeks LQ45 turun 2,58 persen alami kinerja negatif terburuk sejak 4 pekan terakhir," ujar Dosen dan praktisi pasar modal Lanjar Nafi melalui risetnya kepada Tribunnews.com, Minggu (8/1/2023).

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, cadangan devisa Indonesia yang naik ke level tertinggi 9 bulan terakhir menjadi sentimen positif di perdagangan akhir pekan.

Kendati demikian, aksi jual investor asing berlanjut selama sepekan karena ada kemungkinan rebalancing atau penyesuaian pada portofolio saham-saham negara berkembang.

BERITA REKOMENDASI

"Ada penyesuaian pasca pembukaan kembali ekonomi di China," kata Lanjar.

Selain itu, investor domestik di tengah pekan ini semakin pesimistis dengan isu pelongaran larangan impor batu bara Australia oleh China yang berakibat aksi jual pada saham-saham disektor energi di Indonesia.

"Ditambah lagi, proyeksi International Monetary Fund (IMF) yang lebih psimistis pada pertumbuhan ekonomi global akibat reopening China di tengah angka kasus covid yang meningkat menjadi pelengkap deretan sentimen negatif selama sepekan," pungkas Lanjar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas