Terdampak Fragmentasi, Ekonomi Global Diprediksi Merosot 7 Persen dari Target PDB
Laporan ini dirilis IMF pada Minggu (15/1/2023) setelah arus barang dan modal global mengalami krisis.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan hilangnya penjual dominan atau fragmentasi di pasar global selama bertahun-tahun dapat menurunkan perekonomian dunia hingga tujuh persen dari pendapatan domestik bruto (PDB).
Proyeksi ini bisa lebih parah dengan kerugian mencapai 8 persen hingga 12 persen, apabila beberapa negara menerapkan disintegrasi antara industri perdagangan dan teknologi.
Laporan ini dirilis IMF pada Minggu (15/1/2023) setelah arus barang dan modal global mengalami krisis, karena terus mencatatkan penurunan ditengah pembatasan perdagangan sejak tahun 2008 sampai 2009.
Situasi ini kian diperparah dengan adanya lonjakan harga pangan dan energi akibat pandemi covid-19 dan perang Rusia-Ukraina, hingga membuat perekonomian global mengalami tekanan dan merosot dari target PDB selama bertahun – tahun
"Pandemi covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina semakin menguji hubungan internasional dan meningkatkan skeptisisme tentang manfaat globalisasi," kata laporan IMF, seperti yang dikutip dari Reuters.
Khawatir tekanan ini makin memukul perekonomian sejumlah negara global khususnya negara berkembang dan berpenghasilan rendah, mendorong IMF untuk menyerukan langkah kerjasama dagang.
Melalui langkah ini negara berkembang dapat menjalin mitra dan menjual produknya ke negara maju. Sehingga angka kemiskinan dapat sedikit terpangkas.
Baca juga: IMF Sarankan The Fed Terus Kerek Suku Bunga Sampai Inflasi AS Mereda
"Pembatasan hubungan perdagangan akan berdampak paling buruk bagi negara-negara berpenghasilan rendah apabila tidak mampu bersaing dengan ekonomi maju," tulis IMF.
IMF juga menjelaskan bahwa imbas dari adanya fragmentasi juga berpotensi mengurangi target investasi asing.
Hal ini membuat ekonomi negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah cenderung paling berisiko terdampak regionalisasi keuangan, lantaran mereka kesulitan dalam mengatasi krisis utang luar negeri di masa depan.
Baca juga: IMF: Ekonomi Global Bakal Hadapi Tahun yang Lebih Sulit di 2023
"Dengan pembagian risiko internasional yang lebih sedikit, (fragmentasi ekonomi global) dapat menyebabkan volatilitas ekonomi makro yang lebih tinggi, krisis yang lebih parah, dan tekanan yang lebih besar pada penyangga nasional," tambah IMF.