Hadir di WEF, Eks Menteri Keuangan Chatib Basri Soroti Dampak Ekonomi Global Terhadap Indonesia
Pemerintah Indonesia perlu mengantisipasi penurunan harga komoditas dan energi yang dinilai akan berdampak pada kegiatan ekspor
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Sanusi
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 diprediksi akanlebih baik melampaui rata-rata negara lain.
Pernyataan Erick merupakan proyeksi pertumbuhan ekonomi negara G20 di tahun 2023.
"Kita pakai statistik G20 karena kan sudah naik kelas dan kemarin kita alhamdulilah dengan G20 yang sukses sudah saatnya kita menyetarakan diri dengan negara besar dunia," ucapnya, Kamis (19/1).
Erick mengatakan setara saja tidak cukup namun Indonesia harus lebih maju dan menang dalam berkompetisi. Menurutnya, menjadi negara yang kompetitif menjadi sangat penting untuk bisa bersaing di level internasional.
"Kalau kita lihat statistik ekonomi ini mungkin rata-rata dunia 4,3 persen tetapi kalau kita lihat dari negara G20 sendiri, Indonesia berada di dua besar (4,7 persen)," jelas Erick.
Indonesia, imbuh Erick, dalam proyeksi G20 hanya kalah dari India yakni sebesar 6 persen. Erick melihat negara-negara G20 justru banyak yang berada jauh di bawah Indonesia secara perekonomian.
Kondisinya semakin sulit karena beberapa negara besar akan menghadapi resesi.
"Pertanyaannya kemudian Indonesia bagaimana? Saya yakin tidak (terjadi, red) karena Indonesia punya dua hal kekuatan yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi," ungkapnya.
Erick menegaskan dari dua kekuatan tersebut bisa dipastikan Indonesia akan aman dari isu resesi yang disebut-sebut akan melanda dunia.
Konsumsi rumah tangga RI pada kuartal III 2022 tercatat sebesar Rp2.560 triliun atau 50,38 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).Sedangkan realisasi investasi di kuartal III 2022 senilai Rp892,4 triliun atau 74,4 persen dari target Rp1.200 triliun.
"Kita mirip-mirip Amerika dan China yang fondasinya kuat, kalau kita bandingkan dengan negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Thailand justru berbalik mereka lebih mengandalkan ekspor," ujar Erick.
Erick menambahkan Indonesia bahkan mendapatkan durian runtuh dari surplus neraca perdagangan sepanjang 2022. Nilai neraca perdagangan Indonesia tahun 2022 mencetak rekor tertinggi dengan capaian surplus sebesar 51 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
"Itu angka yang tidak pernah terpikirkan karena kenapa Presiden Jokowi berhasil menurunkan hilirisasi dari pada sumber daya alam yang selama ini kita terjebak ingin cari uang cepat," tutur Erick.
Erick menyebut saat ini harga bahan mentah nikel sudah melambung dari 1 miliar dolar AS menjadi 20 miliar dolar AS berkat kebijakan hilirisasi.