Konsumsi Masyarakat Menyusut, Harga Minyak Mentah Dunia Anjlok 3 Persen
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 2,46 dolar AS atau setara 3,1 persen menuju ke posisi 76,41 dolar AS per barel.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Melemahnya daya konsumsi masyarakat imbas lonjakan inflasi, membuat harga rata – rata minyak dunia anjlok di kisaran level 3 persen, pada perdagangan Kamis (2/2/2023).
Jumlah tersebut berbanding terbalik dengan harga minyak yang dipatok di bulan lalu, menurut pantauan pasar global kini harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 2,46 dolar AS atau setara 3,1 persen menuju ke posisi 76,41 dolar AS per barel.
Kondisi serupa juga dialami oleh perdagangan minyak mentah berjangka Brent yang mencatatkan penurunan sebesar 2,62 dolar AS atau 3,1 persen menjadi 82,84 dolar AS per barel, dikutip dari BusinessTimes.
Baca juga: Terpengaruh Kontraksi Ekonomi Global, Harga Minyak Dunia Anjlok Lebih dari 5 Persen
Penurunan harga mulai terjadi setelah munculnya isu terkait kenaikan suku bunga yang dilakukan bank sentral AS atau Federal Reserve di pertemuan pekan ini.
Pengetatan moneter awalnya dimaksudkan untuk menekan laju inflasi, namun perlahan kebijakan ini membuat perekonomian melambat.
Tekanan tersebut yang kemudian membuat minat belanja masyarakat mulai menyusut. Hingga persediaan minyak mentah dan bahan bakar dunia mengalami penumpukan stok.
Administrasi Informasi Energi AS mencatat pada minggu lalu persediaan bahan bakar mentah naik 4,1 juta barel menjadi 452,7 juta barel, angka ini jadi yang tertinggi sejak Juni 2021.
"Pasar bereaksi terhadap laporan yang menunjukkan tidak ada permintaan minyak mentah atau bahan bakar," kata John Kilduff, analis di Again Capital LLC di New York.
Meski pasar minyak dunia tengah mengalami penumpukan stok, namun menteri dari kelompok produsen OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia menegaskan bahwa pihaknya akan tidak akan mengurangi pasokan dan tetap mempertahankan kebijakan produksi mereka.
Keputusan tersebut diambil lantaran kelompok produsen OPEC+ percaya bahwa aktivitas ekonomi China yang mulai pulih pasca pelonggaran nol-Covid dapat memicu lonjakan harga sehingga minyak mentah di pasar global dapat kembali bangkit dan menutup kerugian di kuartal sebelumnya.