Bagaimana Rencana Investasi Tesla di RI? Menko Luhut Berharap Terjadi Kesepakatan Final Pekan Ini
Pemerintah Indonesia terus menjalin komunikasi dengan Tesla, dan perjanjian kerja sama pun sudah dekat menuju final.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Investasi Tesla di Indonesia semakin nyata, di mana kabarnya pekan ini akan terjadi kesepakatan yang final.
Dalam memastikan investasi Tesla, Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Luhut Binsar Pandjaitan pun akan bertemu dengan pihak Tesla pekan ini.
Menurutnya, pertemuan dengan tesla akan membahas terkait dengan Non-Disclosure Agreement (NDA) yang akan difinalkan pekan ini.
"Tesla Kita masih ada NDA, mungkin minggu ini atau minggu depan teleconference," kata Luhut yang dikutip Kompas.com, Jumat (3/2/2023).
Baca juga: Luhut soal Potensi Kerja Sama Indonesia dan Tesla soal Mobil Listrik: Kami Masih Berbicara Terus
Menurut Luhut, pemerintah Indonesia terus menjalin komunikasi dengan Tesla, dan perjanjian kerja sama pun sudah dekat menuju final.
"Tapi perjanjian berjalan, ini mau dekat final dan kita harapkan seperti itu," tegas luhut.
Sebagai informasi, pendekatan kerja sama dengan Tesla sudah dilakukan sejak tahun 2020.
Bahkan Presiden Joko Widodo mengungkapkan akan ada banyak insentif yang diberikan, jika investasi Tesla di RI tereksekusi.
Adapun insentif yang dijanjikan tersebut berupa keringanan pajak hingga konsesi menambang nikel bagi Tesla.
Respon Elon Musk
Beberapa waktu yang lalu muncul kabar yang menyebut produsen mobil listrik (EV) Tesla Inc akan membangun pabrik di Indonesia.
Menyusul kabar tersebut, CEO Tesla Elon Musk meminta agar publik berhati-hati mengenai artikel dari sumber tanpa nama, karena sering kalinya informasinya salah.
"Harap berhati-hati dalam menulis artikel yang mengutip “sumber tanpa nama”, karena sering salah," tulis Elon Musk pada Kamis (12/1/2023).
Menurut laporan Bloomberg pada Rabu (11/1/2023), mengutip sumber-sumber yang mengetahui masalah ini, mengatakan bahwa Tesla mendekati kesepakatan awal untuk membangun pabrik di Indonesia, karena produsen EV itu ingin memanfaatkan cadangan logam yang menjadi bahan baku utama baterai EV yang ada di Tanah Air.