Paris Club Beri Jaminan Pembiayaan ke Sri Lanka di Tengah Pembicaraan Utang dengan IMF
Sri Lanka saat ini sedang bergulat dengan krisis ekonomi terburuknya dalam beberapa dekade terakhir.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Kelompok informal pemberi pinjaman bilateral, Paris Club, dilaporkan siap untuk memberikan jaminan pembiayaan ke Sri Lanka demi membuka paket bailout senilai 2,9 miliar dolar AS dari Dana Moneter Internasional (IMF).
“Paris Club akan segera mengumumkan dukungannya kepada Sri Lanka untuk dapat menerima bantuan dari IMF,” kata seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut, mengutip Reuters, Jumat (3/2/2023).
Sementara itu, sumber lain mengatakan bahwa kelompok informal tersebut saat ini juga sedang menjangkau anggota non-Paris Club lainnya mengenai jaminan pembiayaan, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Baca juga: Sri Lanka Yakin Bisa Selesaikan Restrukturisasi Utang dalam Enam Bulan
Seperti diberitakan sebelumnya, Sri Lanka yang saat ini sedang bergulat dengan krisis ekonomi terburuknya dalam beberapa dekade terakhir telah menandatangani perjanjian tingkat staf dengan IMF pada September tahun lalu.
Namun, sebelum program bailout disetujui oleh dewan eksekutif IMF, Sri Lanka harus terlebih dahulu menyediakan jaminan pembiayaan dari pemberi pinjaman bilateral utamanya.
India, yang juga merupakan salah satu pemberi pinjaman bilateral teratas untuk Sri Lanka telah berkomitmen untuk membantu meringankan beban utang negara tetangganya tersebut.
Direktur riset IMF, Pierre-Olivier Gournichas, menggambarkan keringanan utang yang diberikan India sebagai "perkembangan yang baik" karena konsisten membantu Sri Lanka memulihkan keberlanjutan utangnya.
Terlepas dari itu, IMF belum memberikan panduan apa pun mengenai jaminan pembiayaan dari China untuk Sri Lanka, meskipun seorang pejabat Amerika Serikat yang mengunjungi Kolombo mengatakan bahwa Beijing belum berbuat cukup.
"Apa yang China tawarkan sejauh ini tidak cukup. Kita perlu melihat jaminan yang kredibel dan spesifik bahwa mereka akan memenuhi standar IMF untuk keringanan utang," kata Victoria Nuland, wakil menteri luar negeri AS untuk urusan politik.