Pertumbuhan Ekonomi 2022 Jadi Tertinggi Sejak 2013, Ini Saran Pengamat Agar Tetap Tumbuh Positif
Pemberian stimulus fiskal berupa insentif di berbagai bidang industri dan kebijakan ekspor impor mendorong pertumbuhan ekonomi RI.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah diminta tetap waspada dalam menghadapi tantangan ekonomi ke depan, meski pertumbuhan ekonomi 2022 menjadi tertinggi sejak 2013 yakni di level 5,31 persen.
Pengamat ekonomi Universitas Indonesia Fithra Faisal mengatakan, ada tiga langkah yang perlu dilakukan pemerintah agar ekonomi tetap positif.
Pertama, harus mengantisipasi terhadap tekanan-tekanan yang ada dengan menjaga input produksi.
“Bagaimanapun solusi dengan disrupsi value chain ini itu pasti akan berdampak kepada RI sooner or later,” ujar Fitra, Selasa (7/2/2023).
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi 5,31 Persen Jadi Tertinggi pada Era Jokowi, Menko Airlangga Ungkap Penyebabnya
Kedua, menurutnya insentif industri sebagai bantalan perlu dilanjutkan.
“Atau setidaknya kalau tidak sebagai bantalan sekarang untuk kemudian mengakselerasi pertumbuhan industrial,” katanya.
“Ketiga menjaga kelompok yang rentan, krane ketika ada gejolak yang paling parah kena dampak adalah yang paling rentan. Berdasarkan kategori world bank, 120 juta itu ternyata aspiring middle class. Itu yang artinya 120 juta ini ketika ada gejolak itu rentan miskin. Itu kan harus dijaga agar kebijakan-kebijakan yang sifatnya bantalan industri bantalan sosial itu harus disiapkan dari sekarang,” sambungnya.
Terkait pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022, Ia mengapresiasi kinerja Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
“Oiya jelas dong harus diapresiasi, karena ini akan melihat efektivitas pemerintah ketika dia menangani masa-masa sulit, yang jelas kita berhasil masa sulit ini dari masa pandemi 2020 ini kita menjadi pertumbuhan ekonomi sangat solid defisit masih terkelola dengan baik. Malahan defisit di bawah 3 persen itu sesuatu yang sangat baik,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Next Policy ini menjelaskan, beberapa kebijakan yang dikeluarkan Airlangga yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, di antaranya pemberian stimulus fiskal berupa insentif di berbagai bidang industri dan kebijakan ekspor-impor.
“Pertama, harus diciptakan insentif sebagai bantalan bagi industri. Bagaimana industri itu input produksinya harus terjaga supaya tidak langka. Nah, kemarin itu kita banyak yang ekspor ke luar negeri. Nah ini harus dijaga, karena ketika diekspor nanti akan langka," ujarnya.
"Evaluasi kami menunjukan, karena industri kita masih belum optimal makanya kita masih ada kelebihan input produksi. Tapi pada saatnya industri kita sudah naik maka yang terjadi adalah kita akan membutuhkan input produksi itu. Tapi ketika itu banyak yang diekspor maka ada tekanan dari sisi suplai, supply side. Nah ini yang harus dijaga juga,” tambahnya.
--