Dugaan Mafia Beras Terbukti, Tujuh Tersangka Ditangkap, Buwas Yakin Polisi akan Ungkap Dalangnya
Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Didik Hariyanto menyampaikan bahwa ada enam modus yang dilakukan oleh tersangka dalam penyelewengan distribusi.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Beberapa waktu lalu, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) menyampaikan terdapat mafia beras yang membuat harga komoditas pangan tersebut tidak kunjung turun meski pasokan sudah melimpah.
"Sekarang kita punya beras itu untuk kepentingan intervensi pasar dan masyarakat dapat harga murah, serta kebutuhan tercukupi. Kita sudah lakukan (operasi pasar), tapi saya tidak tau begitu banyak yang kita lepas tapi harganya masih tinggi," ucap pria yang akrab disapa Buwas di Kantor Perum Bulog Jakarta, Jumat (20/1/2023).
"Sebenarnya saya tahu, dan tidak bodoh-bodoh amat, kalau tanda kutip ada mafia, ya memang ada," sambungnya.
Baca juga: Operasi Pasar Sudah Gencar, Harga Beras Masih Terpantau Naik
Oleh sebab itu, Buwas pun mengaku telah melaporkan dugaan mafia kepada kepolisian, khususnya Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri untuk segera membongkar pelaku mafia beras di dalam negeri.
Tangkap Tujuh Tersangka
Bulog bersama Satgas Pangan Polda Banten mengungkap kasus penyelewengan distribusi beras sebesar 350 ton, pada Jum'at (10/2/2023).
"Apa yang saya sampaikan minggu lalu terbukti hari ini, dan saya yakin hal ini akan diusut oleh Kepolisian tentang siapa dalangnya dan siapa saja yang terlibat dalam kasus ini" kata Buwas.
Menurutnya, modus para tersangka ialah mengemas beras Bulog dengan kemasan berbeda kemudian dijual diatas harga eceran tertinggi (HET).
"Bagaimana mungkin beras dari Bulog mereka beli Rp. 8.300 langsung diganti bajunya, dia jual di pasar rata-rata Rp 12.000," tegas dia.
Atas hal tersebut, Buwas berujar, pengusaha mendapati untung yang signifikan tanpa memedulikan kemampuan masyarakat dalam membeli beras Bulog.
Bahkan, dia menegaskan, pengusaha itu justru memanfaatkan operasi pasar yang saat ini dilakukan Bulog secara masif untuk menstabilkan harga beras di pasar.
"Di sisi lain pengusaha dapat untung yg luar biasa dia tidak mempertimbangkan kebutuhan masyarakat, tidak mempertimbangkan kemampuan masyarakat membeli," ucap dia.
"Mereka hanya mencari keuntungan dan memanfaatkan operasi beras bulog yg kita laksanakan masif ini untuk mencari keuntungan setinggi-tingginya," lanjutnya.
Buwas mengatakan, dari pengungkapan itu berhasil mengamankan tujuh orang tersangka yang melakukan tindak pidana perlindungan konsumen dan persaingan dagang.
Serta melakukan penyimpangan/kecurangan distribusi beras Bulogdi wilayah hukum Polda Banten. Adapun, tujuh tersangka tersebut yakni HS (36), TL (39), AN (58), BA (31), FA (42), HA (66) dan ID (30). Mereka berasal dari Lebak, Serang, Cilegon, dan Pandeglang.
Modus Pengoplosan
Di sisi lain, Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Didik Hariyanto menyampaikan bahwa ada enam modus yang dilakukan oleh tersangka.
Modus itu di antaranya, repacking beras BULOG menjadi beras premium dengan berbagai merek, mengoplos beras Bulog dengan beras lokal, menjual beras diatas harga HET.
Kemudian, memanipulasi DO dari distributor maupun mitra Bulog dan, masuk ke tempat penggilingan padi seolah-olah merek sendiri dan memonopoli sistem dagang.
Baca juga: Beras Bulog Sudah Masuk Pasar Retail Modern, Buwas Sebut Pengusaha Tidak Ambil Untung
"Kami menurunkan satgas pangan yang langsung bergerak cepat dengan mengungkap kasus tindak pidana perlindungan konsumen dan persaingan dagang dengan cara mengemas ulang beras BULOG menjadi kemasan merek lain", kata Didik.
Terakhir, Didik mengatakan, dalam perkara yang diungkap satgas pangan Polda Banten ini juga dipamerkan barang bukti sebanyak 350 ton beras Bulog yang berhasil ditangkap baik yang sudah direpacking maupun yang belum.
Naluri Mantan Polisi
Buwas menyatakan, naluri sebagai mantan polisi membuatnya mampu mengungkap pelanggaran yang terjadi menyoal beras Bulog.
Buwas mengatakan, dia telah menduga ada penyelewengan lantaran harga beras di pasar masih tinggi meski sudah melakukan operasi pasar secara masif.
Hal itu dia ungkapkan dalam Konferensi Pers bersama Satgas Pangan Polda Banten dan Kapolda Banten, pada Jumat (10/2/2023).
"Sebagai naluri mantan polisi pasti ada pelanggaran. Kenapa saat itu saya melakukan sidak dadakan, yang tidak direncanakan tempatnya. Sehingga saya menemukan pelanggaran-pelanggaran seperti yang persis hari ini ditemukan oleh Dirkrimsus Polda Banten," ujar dia.
Buwas menegaskan, dugaan yang menimbulkan kejahatan itu sudah dipastikan akan terungkap. Dia berujar, saat ini Polda Banten melalui Satgas Pangan berhasil mengungkap penyelewengan beras di wilayah hukum Banten.
Baca juga: Airlangga Minta Bulog Gencarkan Operasi Pasar untuk Jinakkan Harga Beras yang Naik Tinggi
Kata dia, Satgas Pangan Polda Banten juga membeberkan barang bukti sebanyak 350 ton beras Bulog yang berhasil ditangkap, baik yang sudah direpacking maupun yang belum.
"Saya waktu bicara dan alhamdulilan saya bilang kalau kejahatan pelanggaran itu akan terungkap, hari ini sudah terungkap," papar dia.
"Kalau tidak diawasi maka ini akan hilang beras ini. Tidak akan berpengaruh terhadap masalah harga, menurunkan harga. Sampai waktu masa panen diperkirakan maret maka harga akan tetap tinggi," sambungnya.
Sebelumnya, Buwas menemukan bahwa ada pedagang nakal yang melakukan oplos beras Bulog dengan beras lain untuk dijual secara komersial. Tujuan utama oplos beras Bulog ini untuk mendapatkan keuntungan.
Ia menegaskan, beras Bulog tidak boleh dioplos apalagi dikemas ulang untuk diperjual belikan secara komersil. Menurutnya hal ini melanggar pada Undang-Undang Perlindungan konsumen.
Bahkan menurutnya tindakan itu dapat dikategorikan sebagai tindakan korupsi atau tindakan lainya. Menurutnya hal ini juga yang membuat harga beras di lapangan terus melambung, padahal ia mengatakan pihaknya sudah melakukan operasi pasar.
"Pedagang tidak dilarang mengambil keuntungan, tapi jangan mengakali seperti ini," ucap Buwas.
Impor Beras
Pemerintah sebelumnya menetapkan impor beras sebesar 500 ribu ton dari empat negara termasuk Vietnam.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, alasan pemerintah impor beras lantaran produksi beras nasional kian langka sejak akhir Desember 2021.
"Putusan dalam rapat kabinet, diperintahkan kepada Mendag untuk kasih impor beras cadangan di luar negeri 500 ribu ton. Masuknya kapan aja terserah bulog, diperlukan bisa," kata Zulkifli Hasan usai menghadiri acara Harbolnas di Kementerian Perdagangan, dikutip Selasa (24/1/2023).
Adapun menurut Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mencatat, saat ini sebanyak 178.000 ton beras impor sudah masuk ke gudang Bulog. Kata dia, jumlah itu didapat dari tahap pertama impor beras sebesar 200.000 ton.
"Yang sudah masuk gudang 178.000 ton. Sisanya masih belum bongkar di pelabuhan dan dalam perjalanan," ujar Budi Waseso dalam keterangan tertulis.
Meski demikian, harga beras di pasaran masih tergolong mahal. Hingga Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti harga beras yang mengalami kenaikan dalam beberapa pekan ini.
Hal itu diketahui Jokowi saat dirinya kerap mengecek kebutuhan bahan pokok di pasar sejumlah daerah saat kunjungan kerja.
"Beras, saya sudah dua hari yang lalu memperingatkan Bulog untuk masalah ini karena di lapangan 79 daerah, beras mengalami kenaikan yang tidak sedikit," kata Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kepala Daerah dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) se-Indonesia di kanal Youtube Kementerian Dalam Negeri, beberapa waktu lalu.
Untuk diketahui, jika dilihat berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) per tanggan 24 Januari 2023 harga beras kualitas medium I Rp 12.900 atau naik 0,39 persen, beras kualitas medium II Rp 12.650, beras kualitas super I Rp 14.250, naik 0,71 persen dan beras kualitas super II Rp 13.750.
Kesalahan Bulog
Pengamat sekaligus Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa menyakini tak ada mafia beras seperti dugaan Direktur Utama Perum Bulog beberapa waktu kemarin.
Menurut Andreas, naiknya harga beras justru disebabkan cadangan beras pemerintah pada akhir tahun 2022 yang mengalami kekurangan.
"Gejolak yang terjadi karena kesalahan dari Bulog sendiri. Karena serapan sangat rendah. Sehingga di akhir tahun stok Bulog hanya sekitar 500 ribu ton. Padahal idealnya kalau menurut saya 1,5 juta ton stok akhir tahun," kata Dwi Andreas saat dihubungi Tribunnews, Senin (23/1/2023).
Baca juga: Jaga Ketersediaan Stok, Budi Waseso Didukung Berantas Mafia Beras
Andreas mengatakan, atas dasar itu harga beras hingga saat ini masih belum menunjukan adanya penurunan. Dia meminta Bulog untuk jangan lagi memberikan informasi yang belum tentu adanya.
"Itu kesalahan siapa? Kesalahan Bulog. Lalu, melemparkan isu yang aneh-aneh. Itulah bagi saya enggak usah lagi hal seperti itu, sudah disadari bahwa ini kesalahan pemerintah jangan melemparkan kesalahan yang ada ke orang lain," paparnya.
Andreas menegaskan, sebaiknya pemerintah menyadari bahwa naiknya harga beras bukan disebabkan oleh mafia beras. Namun, stok beras yang kurang sehingga berdampak pada harga beras.
Namun, kata Andreas, seandainya ditemukan adanya oknum-oknum yang diduga mafia beras lebih baik segera ditangkap.
"Kalau orang pemerintah bilang seperti itu, kan gampang tinggal ditangkap kalau ada mafia nya. Itu aja. Lebih baik, disadari bahwa ini kesalahan pemerintah kenapa kok stoknya sangat rendah," tegasnya.
Terakhir, Andreas memaparkan, harga beras akan terus naik hingga akhir Januari 2023. Andreas mengatakan, pada bulan Februari 2023 dia memprediksi harga beras akan menurun.
"Ya enggak benar (mafia beras) sama sekali. Harga itu selalu bergerak musiman. Biasanya pasca Juli harga sudah mulai naik. Karena terjadi defisit antara panen dan konsumsi," ucap dia.
"Jadi harga akan mulai naik terus, nanti puncaknya sampai bulan ini. Bulan depan (Februari) sudah mulai turun, karena sebagian sudah memasuki musim panen," lanjutnya.