Defisit Jepang Pecah Rekor, Melonjak Jadi 26,1 Miliar Dolar AS
Data ini merupakan angka defisit di atas 22.4 miliar dolar AS pertama yang dialami Jepang sejak 53 tahun terakhir, tepatnya pada tahun 1970-an.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Defisit neraca perdagangan Jepang pada Januari 2023 dilaporkan melonjak hingga 26,1 miliar dolar AS dari sebelumnya di patok 10.8 miliar dolar AS pada Desember 2022.
Data ini merupakan angka defisit di atas 22.4 miliar dolar AS pertama yang dialami Jepang sejak 53 tahun terakhir, tepatnya pada tahun 1970-an.
Lewat catatan yang dirilis Kementerian Keuangan Jepang, dijelaskan defisit yang menimpa negara sakura ini terjadi akibat melemahnya aktivitas ekspor imbas dari anjloknya permintaan alat produksi chip dan perangkat teknologi di pasar global.
Baca juga: Ekonomi Inggris Tumbuh 0,5 Persen pada Kuartal IV 2022, Lolos dari Resesi?
Japan Times mencatat selama perdagangan di Januari kemarin, jumlah ekspor Jepang ke AS mengalami pelemahan sebesar 10,2 persen sementara ekspor ke Eropa anjlok menjadi 9,5 persen. Diikuti kemerosotan ekspor China 17,1 persen, menyusul penurunan nilai ekspor mobil, suku cadang mobil, dan mesin-mesin produksi chip.
Selain ekspor Jepang yang mengalami pelemahan, pemerintah Jepang menjelaskan defisit yang dialami negaranya mengalami lonjakan parah akibat adanya peningkatan impor sebanyak 17,8 persen secara yoy, karena terpengaruh aktivitas belanja masyarakat menyambut momentum imlek.
Serangkaian tekanan ini yang kemudian membuat rekor defisit Jepang melesat naik hingga gagal mengembalikan pemulihan laba negara.
Berbagai upaya telah dilakukan bank sentral Jepang untuk menekan lonjakan defisit, salah satunya dengan memperketat pengawasan pada faktor-faktor insidentil yang berpotensi memperlambat perekonomian negara.
Sayangnya cara tersebut belum cukup mampu menekan laju defisit, kepala ekonom Norinchukin Research Institute Takeshi Minami bahkan turut melontarkan proyeksinya terkait adanya lonjakan ekspor lanjutan dalam waktu dekat. Imbas terpengaruh pemulihan operasi pabrik – pabrik di Asia setelah penutupan produksi selama perayaan liburan Tahun Baru Cap Go Meh.
Baca juga: Ekspor Januari Anjlok, Korea Selatan Diyakini Mulai Menuju Resesi
"Liburan 2022 jatuh pada bulan Februari. Pergeseran waktu ini berarti ekspor kemungkinan akan kembali naik di bulan Februari.” ujar Minami.