Menko Airlangga Dorong Masyarakat Indonesia Berkarier di Luar Negeri Agar Bisa Transfer Kompetensi
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong agar masyarakat Indonesia bisa berkarier di luar negeri.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong agar masyarakat Indonesia bisa berkarier di luar negeri.
Hal itu tak lepas dari keuntungan yang didapat ketika mereka sudah kembali ke Indonesia, yaitu bisa melakukan transfer teknologi dan kompetensi.
"Ini bisa mendorong kita untuk transfer of technology dan transfer of competency," kata Airlangga dalam acara Peluncuran Perpres 68/2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi di Jakarta Pusat, Selasa (21/2/2023).
Baca juga: Menko Perekonomian Airlangga Hartarto Serahkan Kepemimpinan OPEC ke Malaysia
"Nah, ini bisa berbasis kepada korporasi. Misalnya, beberapa perusahaan yang sudah investasi di Indonesia bisa mengirim tenaga kerja Indonesia ke luar negeri untuk magang. Kembali menjadi ekspert," ujarnya melanjutkan.
Menurut dia, kalau berbicara soal pasar kerja, peluanganya sangat luas. Tak hanya dalam negeri, tetapi juga secara global.
Ketua Umum Partai Golkar itu kemudian menyebut ada beberapa negara yang kekurangan sumber daya manusia atau sektor produktif, dengan kata lain telah masuk ke dalam aging society.
"Jepang, Jerman, Hungaria, Ceko, dan banyak negara lain, itu banyak membutuhkan tenaga kerja dari negara yang dalam tanda petik aman untuk immigration policy. Nah, Indonesia salah satu yang aman," kata Airlangga.
Ia menjamin orang Indonesia pasti setelah ke luar negeri, akan pulang kembali ke Tanah Air.
"Jangankan ke luar negeri, di dalam negeri aja mau pulang kampung. Jadi, kalau dikasih dua atau tiga tahun apprenticeship, saya jamin orang Indonesia setelah ke luar negeri itu pulang semua," ujar Airlangga.
Baca juga: Dorong Pertumbuhan Ekonomi, Kemenag Maksimalkan Potensi Wakaf
Soal standar pemahaman, Airlangga berujar masyarakat Indonesia memiliki standar yang sama, khususnya pada profesi keinsinyuran.
Hal itu tak lepas dari sekolah keteknikan di Indonesia yang sudah memiliki akreditasi Washington Accord.
"Bahkan kalau kita bicara profesi keinsinyuran, kita sudah MRA. Mutual Recognition Arrangment. Baik itu bicara mengenai negara-negara APEC seperti APEC engineer, atau negara-negara Eropa. Termasuk Jerman," kata Airlangga.
"Dengan kesetaraan tersebut, tentunya kita mempunyai standar yang sama. Pak Nadiem paham sekolah keteknikan itu mengikuti Washington Accord. Beberapa perguruan tinggi kita yang ternama sudah terakreditasi Washington Accord," ujarnya melanjutkan.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2023 Tak Secerah Tahun Lalu, Ini Penjelasan Bos BI
Ia juga mengatakan ilmu teknik merupakan sesuatu yang mudah karena bukunya digunakan oleh semua negara.
"Mau Indonesia atau Amerika, bukunya sama. Atau berbagai hukum yang sifatnya pasti. Sehingga tidak ada perbedaan sekolah di Indonesia dan tempat lain," kata Airlangga.
Maka dari itu, menurut dia, sumber daya manusia sifatnya universal. Bisa bekerja di berbagai negara. "Sudah mempuyai standar yang sama," ujarnya.