Di poin inilah, menurut Fahmy titik kelebihan kedua perihal keberadaan kendaraan listrik yang bisa menggenjot inovasi berkelanjutan.

Fahmy kemudian mengambil contoh seperti yang terjadi pada motor listrik buatan anak bangsa bernama QYLO buah kerja sama V STORK Indonesia bekerja sama dengan PT WIKA Industri Manufaktur, PT Pos Indonesia, PT Nalendra Halilintar Samudera, dan Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta.

Motor ini merupakan kendaraan listrik yang akan diproduksi di Yogyarta dan Tanah Laut Kalimantan Selatan, yang sepenuhnya diproduksi oleh putra-putri Indonesia.

QYLO memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 85 persen, hanya komponen baterai masih diimpor. QYLO tidak hanya dipasarkan di pasar dalam negeri, tetapi juga di pasar Singapore dan Philippine.

Fahmy berharap, tidak hanya V STORK saja yang memproduksi kendaraan listrik di Indonesia, tetapi juga akan hadir perusahaan nasional lainnya yang memproduksi dan memasarkan kendaraan listrik di Indonesia, sehingga Indonesia tidak hanya dijadikan sebagai pasar belaka bagi kendaraan listrik impor.

"Untuk mencapainya, perlu dukungan semua pihak pemerintah, pengusaha dan perguruan tinggi, yang secara terintegrasi mengembangkan kendaraan listrik secara inovatif berkelanjutan," tandasnya.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)