Sudah Pernah Terbakar, Pengamat Pertanyakan Aspek Keamanan Depo BBM Plumpang
Kontribusi terminal BBM (TBBM) Plumpang terhadap penyediaan BBM nasional cukup besar, yakni mencapai 20 persen.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM. JAKARTA - Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Fahmy Radhi menilai peristiwa kebakaran depo BBM Pertamina di Plumpang, Jakarta Utara, Jumat, 3 Maret 2023 malam lalu mengindikasikan Pertamina kurang serius menjaga keamanan aset strategisnya.
"Saya menilai bahwa kebakaran beruntun kilang (Balongan) dan depo (Plumpang) itu, Pertamina tidak punya standar keamanan. Itu mestinya dimiliki Pertamina, sehingga kebakaran tidak terjadi kalau pertamina memiliki sistem pengamanan standar internasional," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (5/3/2023).
Sebelumnya, Depo Pertamina Plumpang juga pernah terbakar pada 18 Januari 2009. Peristiwa tersebut juga terjadi di malam hari sekitar pukul 21.30 WIB.
Kebakaran dipicu ledakan di tangki 24 saat pengujian tangki sedang berlangsung. Muncul ledakan akibat kegagalan pengamanan tangki dan hasil investigasi Pertamina menyatakan kebakaran akibat kesalahan manusia atau human error.
Fahmi mengatakan, kontribusi terminal BBM (TBBM) Plumpang terhadap penyediaan BBM nasional cukup besar, yakni mencapai 20 persen. Dia khawatir peristiwa kebakaran Jumat malam lalu berpotensi membuat pasokan tersendat.
"Saya kira [depo Plumpang] masuk tiga besar depo, sebagian besar untuk DKI Jakarta, itu saya kira cukup besar, kalau terbakar merugikan dan berpotensi hambat pasokan BBM untum wilayah DKI karena deponya terbakar. Kalau depo kalau nggak salah yang terbesar sekarang ini karena 20 persen untuk nasional, itu cukup besar," kata Fahmy.
Dia menambahkan, depo atau terminal menjadi tempat penampungan BBM yang sudah jadi dari kilang, untuk kemudian disalurkan ke SPBU.
"Untuk mengalirkan ke SPBU butuh pipa, pipa ini melewati area perumahan penduduk. Kalau yang terbakar sepanjang pipa, itu luar biasa," pungkasnya.
Baca juga: Kulit Melepuh dan Mengelupas, 49 Luka Berat Akibat Terbakarnya Depo Pertamina Plumpang
Sabtu kemarin saat meninjau korban kebakaran Depo BBM Pertamina di Plumpang, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, tim investigasi gabungan Polri serta pihak terkait akan mendalami penyebab awal mula terjadinya kebakaran di Depo Pertamina Plumpang.
"Baru saja kita dengan tim Pak Kapolda, Kabareskrim Polri, dan tim gabungan investigasi didampingi rekan-rekan Pertamina melakukan pengecekan awal di TKP," kata Sigit.
Karena kondisinya yang rawan dan berisiko terbakar karena dekat pemukiman warga, Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin meminta Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang atau Depo Pertamina dipindahkan ke kompleks pelabuhan Pelindo menyusul insiden kebakaran hebat di depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara, Jumat (3/3/2023) malam.
"Saya berharap supaya Depo ini lebih aman itu bisa direlokasi di pelabuhan di daerah Pelindo," kata Ma'aruf kepada awak media, Sabtu (4/3/2023).
Baca juga: Detik-detik Jelang Kebakaran Depo Plumpang: Bau Bensin Bikin Warga Muntah dan Pingsan
Wapres menginstruksikan agar wilayah pemukiman di sekitar Depo Pertamina Plumpang ditata ulang kembali.
Menurut Ma'ruf, penataan ulang lokasi hunian diperlukan agar memenuhi syarat kawasan yang dekat dengan objek vital nasional.
"Kemudian daerah ini akan ditata ulang supaya lebih teratur lebih baik dan aman dan memenuhi persyaratan sebagai suatu daerah yang berada di wilayah ibukota," ujarnya.
Wapres menemui langsung masyarakat korban yang tinggal kompleks Depo Pertamina, Jalan Tanah Merah Bawah RT 12/RW 9, Kelurahan Rawa Badak Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Baca juga: 1.300 Warga Mengungsi di 10 Lokasi Pasca Terbakarnya Depo Pertamina Plumpang
Ma'ruf mengatakan kepada warga setempat agar bersabar menghadapi musibah.
"Sabar ya. Nanti dipikirkan pemerintah, pikirkan nanti ya tang penting kebutuhannya di sini dijamin oleh Pertamina nanti ya," tuturnya di lokasi.
Dalam perbincangannya dengan warga, Ma'ruf memberikan tawaran kepada warga apakah hunian para korban akan dibangun kembali atau dipindahkan.
"Namanya musibah ya nanti seperti apa, apa dibangun seperti itu lagi? Tapi nanti takut terbakar lagi. Nanti dipikirkan ya," tegasnya.