Margin Bunga Bank di Indonesia Masih 'Mencekik', Ini Penyebabnya
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara mengatakan, biaya operasional perbankan di Indonesia yang masih tinggi sebagai penyebabnya.
Penulis: Hendra Gunawan
Maka, jika segmen kredit pemilikan rumah (KPR) atau segmen kredit UMKM semakin banyak pemain, maka bunga kredit akan kompetitif dan turun.
Setelah menyoroti sisi biaya operasi yang tinggi, digitalisasi juga mendorong perbankan lebih efisien. Ini juga turut mendongkrak NIM.
Sekarang ini bank tidak lagi jor-joran bikin promo di televisi. Seperti Gebyar BCA atau acara bank lain.
Adanya digitalisasi dana di bank datang dan pergi dengan sendirinya. Sebagai contoh dulu ketika ingin transasi harus tarik ATM.
Sekarang uang hampir tidak pernah keluar dari sistem perbankan. Masyarakat tinggal memanfaatkan layanan digital.
Tugas Gubernur BI Selanjutnya
Direktur Segara Institute Piter Abdullah meminta kepada Gubernur BI nantinya yang terpilih untuk bisa menindaklanjuti komentar Presiden Jokowi terkait tingginya margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) bank di Indonesia.
Seperti diketahui, tahun ini bakal ada pemilihan Gubernur BI baru.
Nama calon gubernur Bank Indonesia (BI) pilihan Presiden Joko Widodo sudah mulai menyebar. Kalau tidak ada aral melintang, nama Perry Warjiyo, Gubernur BI saat ini kembali diajukan presiden.
Namun, siapa pun nama yang akan diajukan oleh Presiden Jokowi dan nantinya terpilih sebagai Gubernur BI harus bisa menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah (PR).
Mengutip berita Kontan.co.id, NIM di Tanah Air masih paling tinggi di kawasan ASEAN. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, NIM perbankan dalam negeri mencapai 4,71% pada Desember 2022, naik dari 4,51% pada Desember 2021.
Selain itu, PR terbesar bagi seorang Gubernur BI adalah dalam menyelesaikan dan mengatasi permasalahan di bidang moneter.
Menurutnya, PR yang selama ini belum berhasil dituntaskan adalah memastikan transmisi moneter berjalan efektif yang diindikasikan suku bunga kredit bisa turun ketika BI menghendakinya untuk turun.
Seiring dengan itu anomali sektor keuangan bisa diakhiri, serta inefisiensi di sektor keuangan juga dihilangkan.