Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe: China Telah Sepakat untuk Merestrukturisasi Utang
Dengan adanya persetujuan ini, Wickremesinghe berharap IMF dapat memberikan paket pinjaman senilai 2,9 miliar dolar AS untuk Sri Lanka.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, COLOMBO – Presiden Sri Lanka Ranil Wickremesinghe mengatakan China telah setuju untuk merestrukturisasi pinjamannya guna mendapat persetujuan bailout dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Dengan adanya persetujuan ini, Wickremesinghe berharap IMF dapat memberikan paket pinjaman senilai 2,9 miliar dolar AS untuk Sri Lanka.
Baca juga: India Sampaikan Dukungan Terkait Rencana Restrukturisasi Utang Sri Lanka ke IMF
"Kami telah melakukan bagian kami, saya harap IMF akan melakukan bagian mereka," kata Wickremesinghe di hadapan parlemen Sri Lanka, Selasa (7/3/2023).
Dia lebih lanjut mengatakan Exim Bank of China telah mengirim surat kepada IMF pada Senin (6/3/2023) malam, yang menandakan kesediaannya untuk melanjutkan restrukturisasi.
Seperti diketahui, krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya telah membuat 22 juta orang Sri Lanka menderita kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan akut, bersama dengan pemadaman listrik yang berkepanjangan dan inflasi yang tak terkendali.
Krisis tersebut membuat Sri Lanka gagal membayar utang luar negerinya sebesar 46 miliar dolar AS pada April tahun lalu.
Sekitar 14 miliar dolar AS dari jumlah tersebut merupakan utang bilateral kepada pemerintah asing, yang 52 persennya dimiliki oleh China.
Pemerintah Wickremesinghe kemudian mengadakan perjanjian tingkat staf dengan IMF untuk paket pinjaman senilai 2,9 miliar dolar AS pada September 2022, tetapi pelepasannya ditunda sambil menunggu jaminan keuangan dari para kreditur.