Harga Minyak Mentah Jatuh ke Level 80,77 Dolar AS per Barel, Imbas Bangkrutnya Industri Perbankan AS
Tercatat selama 24 jam terakhir, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei dilaporkan mengalami kemerosotan sebesar 2,01 dolar AS.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Krisis likuiditas yang melanda layanan keuangan AS belakangan memicu sentimen negatif kepada para investor, hingga mendorong penurunan harga pada perdagangan minyak mentah Asia.
Tercatat selama 24 jam terakhir, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei dilaporkan mengalami kemerosotan sebesar 2,01 dolar AS atau 2,4 persen dan harganya jatuh ke kisaran 80,77 per barel, jadi yang terendah sejak Januari.
Penurunan serupa juga terjadi pada minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April yang terpangkas 1,88 atau dolar AS atau sekitar 2,3 persen ke menjadi 74,80 per barel, di awal pembukaan pasar Selasa (14/3/2023).
Baca juga: Silicon Valley Bank Bangkrut, Apa Pengaruhnya Bagi Perbankan di Indonesia?
Mengutip dari Reuters, penurunan ini terjadi imbas dari kebangkrutan yang melanda sejumlah layanan perbankan di AS, seperti Silicon Valley bank hingga Signature Bank.
Sikap agresif The Fed yang terus memacu kenaikkan laju suku bunga hingga tembus mencapai 450 basis point selama setahun terakhir awalnya dianggap sebagai cara cepat untuk menekan laju inflasi AS ke kisaran dua persen.
Namun sayangnya pengetatan moneter ini telah membuat simpanan likuiditas layanan perbankan terkikis lantaran permintaan konsumen untuk melakukan pinjaman mengalami penyusutan ditengah meningkatnya aksi rush bank atau penarikan uang secara massal.
Serangkaian tekanan ini yang membuat Silicon Valley bank dan Signature Bank dilanda krisis modal terparah hingga keduanya terpaksa menjual aset-aset perusahaan.
Imbas kebangkrutan ini bahkan memicu penurunan nilai greenback terhadap enam mata uang hingga berdampak pada perdagangan minyak menath
"Agak mengejutkan hari ini melihat penurunan besar dalam minyak mengingat fakta bahwa The Fed kemungkinan besar akan lebih sulit menaikkan suku bunga secara agresif dan itu akan menyebabkan pelemahan dolar AS," ujar analis Price Futures Group Phil Flynn.
Meski saat ini minyak mentah tengah menghadapi penurunan harga namun para analis memperkirakan bahwa kemerosotan tersebut akan segera pulih. Terlebih saat ini produksi minyak mentah di tujuh cekungan serpih akan segera penuh ke level tertinggi sejak Desember 2019, kata Energy Information Administration (EIA).