Diramal Bangkrut, Saham Credit Suisse Anjlok Ke Titik Terendah
Swiss Credit Suisse, layanan perbankan terbesar kedua di Swiss ini diramal bangkrut terseret keruntuhan Silicon Valley Bank yang kolaps
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BERN – Swiss Credit Suisse, layanan perbankan terbesar kedua di Swiss ini diramal bangkrut terseret keruntuhan Silicon Valley Bank yang kolaps akibat mengalami krisis modal.
Proyeksi tersebut dilontarkan oleh ekonom Robert Kiyosaki yang sebelumnya pernah meramalkan runtuhnya Lehman Brothers pada tahun 2008.
"Masalahnya adalah pasar obligasi, dan prediksi saya bank berikutnya yang akan mengalami kemunduran adalah Credit Suisse," ungkap Robert Kiyosaki.
Baca juga: Beralih dari Silicon Valley Bank, Penerbit USDC Circle Gandeng Cross River Jadi Mitra Perbankan
Kiyosaki mengungkap Credit Suisse telah mengalami rentetan masalah dalam beberapa tahun terakhir, termasuk runtuhnya bisnis investment banking perusahaan pada 2021.
Kondisi keuangan Credit Suisse kian berdarah setelah bank ini menerbitkan laporan tahunannya untuk 2022, dalam laporan tersebut Credit Suisse mengidentifikasi adanya pelemahan material, lantaran gagal membendung arus dana yang keluar selama setahun terakhir.
Tercatat pada kuartal keempat 2022 kemarin, arus keluar pelanggan naik menjadi lebih dari 110 miliar franc Swiss. Melonjak tajam bila dibandingkan dengan arus keluar di kuartal sebelumnya seperti yang dikutip dari Bloomberg.
Ini terjadi lantaran para klien besar Credit Suisse melakukan aksi rush money atau penarikan uang secara besar - besaran ditengah penyusutan permintaan konsumen untuk melakukan pinjaman. Tak hanya itu, swap default kredit lima tahun pada utang Credit Suisse juga ikut membengkak menjadi 533 basis poin dari 549 bps pada penutupan akhir tahun lalu.
Tekanan tersebut yang kemudian membuat Credit Suisse kehilangan sekitar 80 persen dari nilai pasarnya hingga membukukan kerugian bersih sebesar 7,3 miliar franc Swiss selama tahun keuangan 2022.
Penurunan ini yang dikhawatirkan dapat memicu para investor Credit Suisse kembali melakukan rush money lanjutan, hingga memperburuk kondisi sistem perbankan global yang telah mengalami kontraksi akibat jatuhnya Silicon Valley Bank