Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Telur Ayam Semakin Mahal Jelang Ramadan, Tembus Rp41 Ribu per Kg, Ini Penyebabnya

Provinsi dengan harga telur ayam ras termahal adalah Kalimantan Utara, harganya mencapai Rp 41.250 per kilogram.

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Harga Telur Ayam Semakin Mahal Jelang Ramadan, Tembus Rp41 Ribu per Kg, Ini Penyebabnya
WARTA KOTA/YULIANTO
Pedagang sedang melayani pembeli telur ayam ras di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta. Mengutip data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (SP2KP Kemendag) pada Selasa (21/3/2023), harga nasional telur ayam ras naik 1,35 persen. 

Di sisi lain, Pardjuni Peternak Ayam wilayah Jawa Tengah menyatakan, ketersediaan ayam untuk periode Ramadan dipastikan aman. Meski peternak masih merugi lantaran harga pakan yang masih mahal.

Padahal, kata Pardjuni, harga jagung yang merupakan komponen pakan sudah turun di angka Rp 3.800 sampai Rp 4.200. Namun, pabrik pakan enggan menurunkan harganya. Sehingga peternak merugi.

"Untuk broiler harga masih cukup aman juga. Tapi sayang justru pabrik pakan dan breding yang tidak mau tau. Mereka menaikkan harga pakan dan day old chick (DOC) seenaknya, padahal peternak masih merugi," ungkapnya.

Bahkan, harga jagung saat ini menyentuh angka Rp 5.500 sampai Rp 5.600, diprediksi harga pakan bakal naik hingga Rp 300 per hari ini.

Baca juga: Harga Telur Ayam di Wilayah Indonesia Hari Ini, Sabtu 28 Januari 2023: Kaltara Tertinggi Rp 41.250

Untuk itu, Pardjuni menegaskan, pemerintah sedianya bersikap adil bagi peternak dan petani agar tidak merugi.

"Disini peran pemerintah harus berani untuk menindak pabrikan yang sewenang-wenang tersebut. Kapitalis-kapitalis inilah yang merusak dan membuat peternak jadi merugi. Pabrikan tidak pernah rugi," tegasnya.

Langkah Bapanas Jaga Harga Pangan

Berita Rekomendasi

Kenaikan harga pangan pada saat menjelang hari raya keagamaan kerap terjadi. Saat ini, terdapat tren kenaikan harga pangan di pasar menjelang bulan Ramadan.

Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi, mengatakan bahwa kondisi ini terjadi karena pemerintah belum memiliki Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Oleh karena itu, NFA sedang mempersiapkan ekosistem CPP.

"Jika ekosistemnya belum baik, maka tidak dapat dilakukan. Jadi, setiap tahun hal ini terjadi karena tidak memiliki cadangan pangan pemerintah. Kita tidak memiliki cadangan pangan, sehingga ini menjadi hal yang mendesak bagi kita," kata Arief ketika ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dikutip dari Kontan, Senin (20/3/2023).

Untuk membangun ekosistem CPP, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No 125 Tahun 2020 mengenai cadangan pangan pemerintah.

Saat ini, pelaksanaan CPP sedang dalam progres. Arief mengatakan bahwa perlu ada harmonisasi dengan Kementerian dan Lembaga (K/L) lainnya dalam membangun hal ini.

Menurutnya, membangun ekosistem CPP juga memerlukan pendanaan.

"Cadangan itu begini, jadi misalnya kita sudah tahu 3 bulan itu kita perlu berapa. Nah itu yang kita cadangkan 3 bulan sehingga harga (pangan) 3 bulan itu bisa stabil. Maksud saya, ini akan kita kerjakan dan harus dipercepat CPP," tambahnya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas