Harga Minyak Terkoreksi Menyusul Pernyataan Bos The Fed
Harga minyak jatuh, selepas Ketua Federal Reserve AS (The Fed) Jerome Powell menyoroti risiko kredit sektor perbankan
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Harga minyak jatuh pada perdagangan hari ini, Kamis (23/3/2023), selepas Ketua Federal Reserve AS (The Fed) Jerome Powell menyoroti risiko kredit sektor perbankan di ekonomi terbesar dunia, sementara stok minyak mentah AS naik lebih dari yang diperkirakan.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka turun 66 sen, atau 0,9 persen, menjadi 76,03 dolar AS per barel pada pukul 04:20 GMT, sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 74 sen, atau 1,0 persen, menjadi 70,16 dolar AS.
Baca juga: Ikuti Jejak The Fed, Bank Sentral Hong Kong Naikkan Suku Bunga 25 Basis Poin
"Risiko ekonomi sedang ditandai dalam pertemuan Fed, sementara stok minyak mentah AS yang lebih tinggi dari perkiraan juga mengurangi beberapa optimisme seputar prospek permintaan," kata ahli strategi pasar di IG International, Yeap Jun Rong.
Sedangkan pelemahan dolar AS telah menjadi titik terang dalam membantu mendorong ketahanan harga minyak, dengan beberapa ruang tersisa untuk kenaikan harga minyak yang terjadi di tengah penurunan pembelian yang terlihat pada awal pekan ini, tambah Yeap.
The Fed menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase atau 25 basis poin, namun bank sentral AS mengisyaratkan akan menghentikan kenaikan suku bunga lebih lanjut, di tengah gejolak yang baru-baru ini menerpa sektor keuangan yang dipicu oleh runtuhnya dua bank AS.
Baca juga: Bursa Saham Asia Kompak Melemah Pasca Kenaikan Suku Bunga The Fed 25 Basis Poin
Powell mengatakan, tekanan industri perbankan dapat memicu krisis kredit, dengan implikasi "signifikan" bagi ekonomi yang diproyeksikan oleh pejabat bank sentral AS akan lebih lambat tahun ini daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Sementara itu, stok minyak mentah AS naik tak terduga pada minggu lalu menuju ke level tertinggi dalam hampir dua tahun terakhir, menurut data terbaru dari Administrasi Informasi Energi (EIA).
Persediaan minyak mentah naik 1,1 juta barel dalam sepekan hingga 17 Maret menjadi 481,2 juta barel, tingkat tertinggi sejak Mei 2021. Menurut para analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan penurunan sebesar 1,6 juta barel.
"Terlepas dari semua obrolan bearish atas prospek pertumbuhan produksi minyak AS untuk 2023, melebih-lebihkan inflasi biaya dan belanja modal (belanja modal) yang lebih rendah, laporan mingguan EIA terbaru menegaskan peran penting minyak AS untuk pasar minyak global," kata analis di perusahaan jasa keuangan Citi dalam sebuah laporan yang terbit hari ini.
Ekspor bruto minyak mentah dan produk minyak mencapai level tertinggi baru sebesar 12 juta barel per hari, jauh di atas tingkat pasokan negara lain, tambah para analis, mengutip data dari EIA.