Prediksi Analis Terbukti, The Fed Kembali Ketatkan Suku Bunga di Maret
Sebelum target suku bunga ditetapkan, para analis telah memprediksi kebijakan moneter AS selama bulan Maret 2023 akan kembali diperketat.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (Fed) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen ke kisaran 4,75 persen-5 persen pada Rabu (22/3/2023).
Keputusan tersebut dirilis setelah The FED menggelar pertemuan (FOMC) yang berlangsung di Washington pada 21-22 Maret 2023, seperti yang dikutip dari Reuters.
Sebelum target suku bunga ditetapkan, para analis telah memprediksi kebijakan moneter AS selama bulan Maret 2023 akan kembali diperketat.
Tujuh pejabat The Fed memproyeksikan tingkat kenaikan lebih tinggi dari 5,25 persen tahun ini, sementara satu anggota memproyeksikan tingkat suku bunga setinggi 6 persen.
Optimisme ini didasari oleh sikap Jerome Powell selaku ketua The Fed yang aktif mengkampanyekan sikap agresif, dengan mengerek laju suku bunga ke level tertinggi ditengah penurunan laju inflasi.
Pada Februari kemarin, Inflasi bulanan AS turun di kisaran 6 persen, lebih rendah bila dibandingkan inflasi Januari 2023 yang mencapai 6,4 persen yoy.
Jumlah tersebut bahkan terpaut jauh dengan inflasi di bulan Juni tahun 2022, yang pada saat itu inflasi tahunan AS pecah rekor, melesat naik hingga tembus ke angka 9,1 persen.
“Jika totalitas data menunjukkan bahwa pengetatan yang lebih cepat diperlukan, kami akan siap untuk meningkatkan laju kenaikan suku bunga," kata Powell kepada Komite Perbankan Senat.
Kendati inflasi AS telah mengalami penurunan jauh di bawah posisi tahun lalu, namun Powell mengatakan kepada Kongres bahwa AS masih memiliki jalan panjang dalam mengurangi inflasi hingga turun ke kisaran dua persen.
Baca juga: Ketua The Fed Peringatkan Pertarungan Inflasi Masih Berlanjut, Wall Street Langsung Melemah Tajam
Alasan tersebut yang membuat The Fed berambisi untuk terus menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Terlebih saat ini kondisi perekonomian AS tengah berkontraksi akibat terpengaruh runtuhnya layanan keuangan terbesar di AS, yakni Silicon Valley Bank (SVB).
"Sistem perbankan AS sehat dan Tangguh perkembangan baru-baru ini cenderung menghasilkan kondisi kredit yang lebih ketat untuk rumah tangga dan bisnis dan membebani aktivitas ekonomi, perekrutan dan inflasi. Tingkat dampak ini tidak pasti,” kata para pejabat The Fed.
Sebagai informasi kenaikan laju suku bunga bukan kali pertama yang dilakukan The Fed, tercatat selama setahun terakhir The Fed telah sembilan kali memperketat kebijakan suku bunga, dimulai dari Maret tahun lalu The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga 25 basis poin.
Baca juga: The Fed Kembali Kerek Suku Bunga 25 Bps di Tengah Gejolak Industri Perbankan AS
Kemudian di bulan Mei 2022 The Fed memperketat kebijakan dengan membawa suku bunga ke kisaran 50 basis poin.
Melanjutkan kenaikan di bulan sebelumnya selama Juni, Juli, September, dan November The Fed kembali memacu suku bunga dengan masing – masing dinaikan sebesar 75 persen, serta 50 basis poin di Desember 2022 dan 25 bps pada Januari dan Februari 2023.