Schneider Gunakan Energi Hijau dan Efisiensikan Konsumsi Air untuk Dukung Keberlanjutan
Air yang sudah digunakan di pabrik Schneider Cikarang dipakai lagi untuk keperluan lain seperti menyiram tanaman.
Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, CIKARANG - Pabrik pintar Schneider Electric Indonesia di Cikarang, Jawa Barat, menempuh banyak cara upaya untuk mendukung sustainability (keberlanjutan).
Plant Director Schenider Electric Cikarang Rudy Granet mengungkap, ada beberapa hal yang dilakukan perusahaannya untuk mendukung keberlanjutan.
"Pertama, kita membuat energi hijau. Energi yang kita konsumsi adalah yang ramah lingkungan. Energi terbarukan. Saat ini kami menggunakan panel surya," katanya ketika ditemui di pabrik Schneider Electric Indonesia, Cikarang, Jawa Barat, Kamis (23/3/2023).
"Itu kapasitasnya 200 kwb. Itu kira-kira sama dengan 20 persen total konsumsi listrik kita dan bisa mengurangi 180 ton co2 per tahun," ujar Rudy melanjutkan.
Dari yang sekarang masih 20 persen, Rudy mengatakan pabrik ini akan sepenuhnya menggunakan energi terbarukan pada 2025 mendatang.
"Targetnya 2025 net carbon zero operation di pabrik ini. Targetnya 100 persen di 2025. Sekarang kita lagi melakukan studi. Masih kajian," kata Rudy.
Kedua, pabrik ini melakukan efisiensi pemakaian air. Air yang sudah digunakan, dipakai lagi untuk keperluan lain seperti menyiram tanaman.
"Misalnya kita pakai air wudhu yang sudah digunakan. Kalau 90 persen dari 800 karyawan di sini beragam Islam, banyak air bisa digunakan untuk wudhu. Itu kita tampung bukan untuk daur ulang, tapi untuk menyiram tanaman," ujar Rudy.
Ketiga, menerapkan green supply chain (rantai pasok hijau). Rudy mencontohkan seperti kemasan yang digunakan untuk pengiriman menggunakan bahan yang bisa didaur ulang atau dipakai lagi.
Baca juga: Terkendala Banyak Aturan, Schneider Electric Kejar Target Zero Carbon di Pabrik Cikarang Pada 2025
Pihaknya mengukur jarak pemasok ke pabriknya. Semakin dekat pemasok, jarak transportasinya bergerak akan lebih pendek sehingga CO2 yang dihasilkan lebih sedikit.
Menurut Rudy, menerapkan berkelanjutan tak melulu soal energi hijau. Pihaknya memiliki program Schneider Goes to School yang merupakan link and match antara dunia pendidikan dan industri.
"Hal itu agar generasi tersebut paham ke depanya kebutuhan energi seperti apa. Seandainya dia masuk (ke program tersebut), dia sudah siap untuk bekerja. Kita persiapkan. Itu bagian dari sustainability kan," kata Rudy.
Baca juga: TBS Energi Utama Inves 500 Juta Dolar AS untuk Kembangkan Bisnis EV dan Energi Terbarukan
Dia mengatakan program ini dilakukan dalam bentuk center of excellence yang berkolaborasi dengan Kemendikbudristek RI, Kementerian Pendidikan Prancis dan Kedutaan Besar Prancis. Saat ini, sudah ada 144 sekolah yang didukung.
"Itu lebih sustain. Kalau dulu kami meng-hire orang butuh 3-6 bulan dilatih dulu untuk bisa kerja, sekarang rekrut mereka (dari program Schneider Goes to School) cukup seminggu, sudah bisa kerja," ujar Rudy.
Upaya berikutnya dalam menerapakan keberlanjutan adalah melalui transformasi digital seperti mengurangi penggunaan kertas dan mengoptimalkan berbagai macam sistem agar memudahkan pekerjaan dari jarak jauh.
"Misalnya saya lagi tidak di kantor. Saya bisa monitor waktu produksi sekarang berapa, ada masalah apa, tagihan listrik real time berapa, AC berapa yang menyala, suhu berapa nyala, dan lain-lain," kata Rudy.