Dunia Industri Kesulitan Mendapatkan Tenaga Kerja yang Memiliki Kompetensi
Revitalisasi SMK dibutuhkan sinergi antara dunia pendidikan dan dunia usaha untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi lulusan SMK.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Sekolah Menengah Kejuruan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Wardani Sugiyanto mengatakan, saat ini tantangan yang dihadapi industri saat ini adalah sulitnya mendapatkan talenta dengan kompetensi yang berkualitas.
Pemerintah akan terus mendorong kolaborasi yang positif dengan instansi pemerintah maupun swasta untuk meningkatkan upaya pengembangan tenaga kerja berbasis kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri.
"Salah satu yang didorong pemerintah adalah menghadirkan model pembelajaran link and match antara SMK dan dunia usaha untuk mencetak talenta dengan kompetensi tinggi," kata Wardani Sugiyanto saat peyelenggaraan Uji Kompetensi Keahlian (UKK) Hand Held Product (HHP) yang diikuti oleh ribuan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelas 12 siswa program STI belum lama ini.
Baca juga: Tantangan Ketenagakerjaan Dinamis, Pemerintah Ambil Kebijakan Pasar Tenaga Kerja Aktif
Uji Kompetensi Keahlian (UKK) Hand Held Product (HHP) yang diikuti oleh ribuan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelas 12 difasilitasi oleh Samsung Tech Institute (STI) mulai 9 Maret 2023 hingga 13 April 2023 mendatang.
Berbeda dengan pelaksanaan UKK pada 2022 yang hanya berfokus pada kompetensi teknisi HHP, tahun ini Program STI menambahkan pilihan untuk promotor HHP dan peserta yang dinyatakan kompeten sesuai kompetensi keahlian yang ditempuh akan mendapatkan sertifikat kelulusan Program STI.
Dikatakan Wardani, dalam revitalisasi SMK dibutuhkan sinergi antara dunia pendidikan dan dunia usaha untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi lulusan SMK.
“Salah satu kendala lulusan SMK untuk bisa langsung bekerja adalah kurangnya kompetensi yang relevan dengan kebutuhan industri, termasuk di industri smartphone," katanya.
Wardani berharap Samsung akan terus konsisten dalam memberikan kontribusinya dan mendorong penciptaan tenaga kerja muda yang berkualitas dan siap kerja.
Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia, Ennita Pramono mengatakan, digitalisasi sudah semakin merata di setiap bagian dari hidup dan smartphone menjadi kebutuhan setiap orang sebagai perangkat utama yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang sekaligus menghubungkan dengan berbagai perangkat.
"Hal ini melahirkan kebutuhan atas tenaga teknisi dan promotor yang andal dan penyelenggaraan UKK untuk peserta SMK STI adalah kelanjutan komitmen perusahaan memajukan pendidikan vokasi di Indonesia yakni mencetak tenaga teknisi dan promotor yang mumpuni dan dibutuhkan industri," katanya.
UKK HHP dilaksanakan dengan ujian teori dan praktik sehingga betul-betul melahirkan lulusan SMK STI yang piawai secara teori dan praktik akan diuji langsung oleh tim Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Otomotif dan Elektronika Malang, tim Support Teknisi dari Samsung Service Center dan tim Retail dari Mobile Xperience Samsung.
Program STI meliputi kurikulum STI (Hand Held Product, Audio Video, dan Home Appliance), training of trainers untuk para guru, sinkronisasi kurikulum, uji keterampilan dan kompetensi (UKK), penyelarasan kurikulum, dan praktik kerja lapangan (PKL) serta kesempatan kerja.
"Hingga saat ini Program STI telah memiliki total 75 SMK penerima manfaat yang terdiri dari 10 STI Pilot dan 65 STI Mandiri. STI Mandiri adalah sekolah yang berinvestasi sendiri untuk menerapkan kurikulum STI bekerja sama dengan Samsung," katanya.