Analis Nilai NCKL Punya Potensi Rajai Rantai Pasok Nikel Indonesia Usai IPO
Emiten nikel berkode saham NCKL resmi mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia dengan melepas
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Emiten nikel berkode saham NCKL resmi mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia dengan melepas sebanyak 7.997.600.000 saham setara dengan 12,67 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Dalam IPO ini, perseroan melepas saham tersebut dengan nominal Rp 100 per saham dengan harga penawaran Rp 1.250 per saham sehingga Trimegah Bangun meraih dana IPO mencapai Rp 9.997.000.000.000 atau hampir Rp 10 triliun.
Baca juga: Bursa Efek Indonesia Bidik Kapitalisasi Pasar Saham Mencapai Rp13.500 Triliun pada 2026
Harga penawaran tersebut berada di rentang atas dari harga pada saat masa penawaran awal atau bookbuilding 15-24 Maret lalu di level Rp 1.220 hingga Rp 1.250 per saham.
Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario menilai secara valuasi, harga penawaran NCKL tergolong murah dan cukup menarik.
"Secara valuasi multiples PE kami nilai harga penawaran NCKL tersebut tergolong discounted, sekitar 16.7x untuk FY22 dengan asumsi annualized net profit untuk FY22 mencapai Rp5,16 triliun," kata Alif dalam keterangannya, Kamis (13/4/2023).
Baca juga: Emiten Logistik MPXL Incar Dana Segar Senilai Rp 44 Miliar dari IPO
Menurutnya, pengembangan industri kendaraan listrik ditopang dengan momentum dan merupakan sebuah revolusi otomotif yang pasti terjadi dalam jangka panjang.
Hal ini turut memberikan kontribusi positif bagi perusahaan.
"Kami memandang NCKL berpotensi merajai rantai pasok nikel Indonesia, karena memiliki keunggulan esensial yaitu mampu mempenetrasi rantai pasok nikel dari produk class II nikel seperti ferronickel, hingga produk hilir prekursor baterai berupa nikel sulfat dan kobalt sulfat," ujarnya.
Alif menuturkan produk nikel sulfat ini tinggal beberapa langkah lagi menjadi baterai kendaraan listrik, dapat diolah lebih lanjut menjadi nickel hydroxide yang merupakan katoda dalam baterai tipe NiMH atau dapat diolah melalui proses purifikasi lanjutan untuk kemudian memperoleh katoda untuk baterai NMC maupun NCA.
"Oleh karena itu kami memandang potensi value derivation dari investasi proyek yang dilakukan NCKL sebagai menarik, meskipun untuk cash in akan membutuhkan waktu beberapa tahun," katanya.
Meski demikian, perkembangan ke depan perlu pemantauan lebih lanjut.
Karena pada dasarnya akan tergantung pada harga dari komoditas nikel.
Dia juga melihat, absorpsi nikel Indonesia dalam jangka waktu dekat-menengah akan lebih ditujukan ke pasar global.