IFG Bukukan Laba Bersih Rp4 Triliun di 2022
Capaian IFG ini meningkat cukup baik dibandingkan perolehan pada 2019 yang sebesar Rp2,2 triliun.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia Financial Group (IFG) atau Holding BUMN Asuransi, Penjaminan, dan Investasi mencatatkan laba bersih senilai Rp4 triliun (unaudited) di sepanjang tahun 2022.
Sekretaris Perusahaan IFG Oktarina Dwidya Sistha mengatakan, capaian ini meningkat cukup baik dibandingkan perolehan pada 2019 yang sebesar Rp2,2 triliun. Tahun 2019 merupakan awal mula pembentukan IFG.
Menurut Sistha, hal ini merupakan capaian tersendiri bagi IFG bersama ke-10 anak perusahaannya, mengingat saat pendirian, holding dihadapkan pada situasi penuh tantangan, utamanya terkait sentimen publik terhadap industri asuransi.
Kondisi tersebut mendorong IFG dan anak usahanya untuk fokus menjalankan transformasi menjadi lebih baik, inovatif, dan progresif serta berlandaskan tata kelola yang kuat.
Dalam keterangan tertulis Minggu (16/4/2023), Sistha mengatakan total aset konsolidasi hingga akhir 2022 tercatat sebesar Rp137,6 triliun (unaudited).
IFG juga membukukan catatan positif lainnya. Sampai dengan Januari 2023, jumlah polis yang telah dimigrasi dari Jiwasraya ke IFG Life mencapai 157.312 polis. IFG juga sudah membayarkan klaim senilai Rp5,9 triliun kepada Pemegang Polis yang sudah beralih ke IFG Life sejak Desember 2021.
Kedepan, IFG menyiapkan langkah-langkah strategisuntuk menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan.
Misalnya dengan melakukan peningkatan operational & service excellence, peningkatan kapabilitas bisnis di luar penugasan Pemerintah, penguatan fokus bisnis secara struktural, serta pengembangan dan kapabilitas digital.
Baca juga: IFG Life Cetak Premi Rp 1,2 Triliun Sepanjang 2022
“Dengan beberapa capaian tersebut, IFG dan anak usaha akan terus menjaga pertumbuhan positif dengan berbagai inovasi bisnis, efesiensi operasional, penerapan tata kelola yang kuat, manajemen risiko yang komprehensif serta risk culture yang kuat,” pungkas Sistha.