BNI Sebut Debitur Terdampak Pandemi Terus Alami Pemulihan, Ini Buktinya
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menyebutkan, debitur yang terdampak pandemi terus mengalami pemulihan.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) menyebutkan, debitur yang terdampak pandemi terus mengalami pemulihan.
Hal ini berdampak positif pada komposisi portofolio restrukturisasi kredit akibat Covid-19 yang hingga akhir kuartal I 2023 tersisa Rp 45,8 triliun.
Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini mengatakan, sisa tersebut hanya mencapai 7,3 persen dari total kredit.
Baca juga: Tumbuh 31,8 Persen, Laba Bersih BNI Mencapai Rp 5,2 Triliun di Kuartal I 2023
"Jauh menurun dari kuartal I tahun lalu yang masih mencapai 12 persen dari total kredit," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (18/4/2023).
Dia menjelaskan, penurunan ini terutama berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi seperti restoran, hotel, tekstil dan konstruksi, mengindikasikan bahwa bisnis debitur kembali pulih.
“Kami tentunya sangat bersyukur bahwa portofolio kredit restruktursasi terdampak pandemi terus mengalami penurunan. Penurunan tersebut berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi dan mengindikasikan bisnis debitur mulai pulih,” katanya.
Adapun secara keseluruhan, dinamika bisnis dan ekonomi serta baru pulihnya perekonomian nasional pasca pandemi membuat BNI harus cermat dalam mengidentifikasi dan mendorong mesin-mesin pertumbuhan bisnis yang telah siap untuk melakukan ekspansi.
"Hal ini bertujuan untuk memastikan kualitas aset tetap terjaga dan BNI mampu mengoptimalkan pendapatan dari ekosistem bisnis nasabah, sehingga pencapaian laba dapat sustain ke depannya," tutur Novita.
Baca juga: Rincian Jam Operasional Bank BNI Selama Libur Lebaran 2023
Sementara itu, kinerja pertumbuhan kredit pada kuartal I 2023 didorong oleh segmen korporasi swasta yang tumbuh 21,2 persen secara tahunan menjadi Rp 234 triliun.
Diikuti oleh segmen enterprise atau Large Commercial yang meningkat 13,2 persen secara tahunan menjadi Rp 52,2 triliun, dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tumbuh 7,8 persen secara tahunan menjadi Rp 50,1 triliun.
"Selanjutnya, segmen konsumer secara keseluruhan tumbuh 11,9 persen menjadi Rp 113,4 triliun, dengan personal loan dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi mesin pertumbuhan dengan masing-masing meningkat 19,2 persen menjadi Rp 44,5 triliun dan tumbuh 8 persen menjadi Rp 54,5 triliun," pungkasnya.